Selasa, 09 Februari 2010

MATEK YO MATEK, URIP YO URIP

Apa hubungannya coba antara kepepet dengan berserah? Firman Tuhan berkata bahwa segala sesuatu dijadikanNya indah pada waktunya, jika waktunya belum genap maka belum indah lah apa yang kita harapkan. Ketika kita sedang mengharapkan sesuatu, pasti kita akan terus berdoa kepada Tuhan, namun ada kalanya dimana Tuhan akan membuat kita kepepet, hanya agar kita hidup berserah kepadaNya.
Misal, kalau kita diberi penyakit kanker. Bagi kita orang miskin dan tidak punya uang, sangat mudah untuk berserah karena tidak ada pegangan lain selain berserah, pasrah dan tinggal pilihan terakhir yaitu mujizat Tuhan atau mati sajalah. Tapi bagaimana jika kita kaya? Ketika penyakit itu datang, kita pasti habiskan uang untuk konsultasi ke dokter, lakukan operasi, jika kurang mateb, kita bawa ke singapura. Mengapa tahapan2 ini bisa terjadi? Karena kita masih punya pegangan yaitu uang kita, tapi apa yang terjadi jika uang kita telah habis untuk biaya berobat dan tidak kunjung sembuh bahkan cenderung parah? Ujung2nya kita akan rajin berdoa, rajin beribadah, rajin melayani, dengan berpikir siapa tahu Tuhan tergerak hatiNya dan menyembuhkan kita. Atau cara konvensional yaitu minta bantuan doa hamba Tuhan spesialis kesembuhan seperti Benny Hinn, Reinhard Bonke, TB Joshua, Philip mantofa, kalau gak mempan juga, paling2 kita mati. Itulah akhir hidup dari orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri sebelum dipepet sama Tuhan.
Mengapa kisah tersebut sama2 sering kita dengar? Karena memang itulah kenyataan yang sering terjadi, untuk melatih kita bisa mempercayai Tuhan 100% nggak cuman cukup dilatih dalam gedung gereja tapi perlu praktek di kehidupan sehari2 dan salah satu cara yang dipakai Tuhan ialah jurus kepepet.
Beberapa hari yang lalu saya mendadak sakit demam berat dan sampai mau mati rasanya, gimana enggak, wong kepala senut2 sape mau copot. Yang saya lakukan ialah ketika saya masuk WC kantor, saya membaca Mazmur 91 (diberi oleh ko Heru) sebanyak 7 kali, dengan pikiran bahwa seperti Naaman yang mencelubkan tubuhnya di sungai Yordan sebanyak 7 kali maka ia sembuh dari kusta. Saat itu saya bilang sama Tuhan, kalau saya berendam di kamar mandi kantor kan nggak mungkin apalagi saya tidak bawa handuk, jadi secara teologisnya air merupakan gambaran firman Tuhan jadi waktu saya baca Mazmur 91, berarti saya mencelubkan tubuh saya kedalam air. Tapi toh nyatanya nggak sembuh juga.
Saking stressnya, saya sms ke kak Lidia MDC, saya mengetik sms yang bunyinya: “kak Lid, aku demam berat neh...ada ayatnya nggak yah? Hehehehehe”. Beberapa saat kemudian saya saya mendapat jawaban,” Tuhan Yesus kalau Engkau sanggup menyembuhkan mertua Petrus yang sakit demam, pasti Engkau sanggup menyembuhkan aku”. Dan saya perkatakan bunyi sms tersebut, dan malamnya tambah menggigil dan parah sampai pusing muter-muter.
Akhirnya saya memakai jurus terakhir keesokan harinya yang masih panas jidat saya, setelah baca firman 10 pasal seperti biasanya, saya berkata kepada Tuhan: WIS MATE YO NDANG MATEK... NEK URIP YO URIPO (Ya udah kalau saatnya mati ya cepetan matiin aja...kalau hidup yang buat sembuh...) eh siang harinya malah sembuh. Aneh kan? Tapi memang itulah gambaran hidup kita, sampai pada titik tertentu kita menyerah total kepada Tuhan barulah Dia bekerja dan menjawab pergumulan kita. Setelah itu barulah Dia bicara banyak hal yang intinya mengapa saya sampai kena sakit demam padahal seminggu sebelumnya Dia berkata saya tidak akan ketularan sakit karena teman seruangan dengan saya udah ‘hajing-hajing/ flu”, itu semua karena ketidak taatan kepada firmanNya.
Jadi, belajarkan untuk mau mengalami pengalaman Kepepet bersama dengan Tuhan, maka kita akan melihat jawaban dari Tuhan yaitu KALAU WAKTUNYA MATEK YA MATEK (Ketemu Tuhan lebih cepet ya untung)...KALAU HIDUP YANG HIDUP (Hidup untuk Kristus)...GITU AJA KOK PUSING...” Selamat mencoba bersama Tuhan!

MENJADI SUPER YOUTH

Sering mendengar berita di beberapa gereja dimana banyak kaum muda di gereja tersebut di second class kan? Atau pernahkah kita mendengar banyak kaum muda tidak pernah dipercaya untuk melakukan suatu hal? Atau pernah kah kita mendengar anak muda disebut sebagai trouble maker oleh orang-orang dilingkungannya? Mungkin kita sering mendengar berita-berita buruk tersebut berkaitan dengan kehidupan kita anak muda. Tapi saya kira, itu mungkin jaman dulu, sekarang saya melihat termasuk di media-media cetak dan di berita-berita di TV dan radio, banyak anak muda mulai bangkit dan menjadi Super Youth, mereka menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang disekitar mereka, lingkungan mereka, keluarga mereka, bahkan menjadi inspirasi bagi orang-orang yang tidak pernah mereka kenal sebelumnya. Saya katakan, kita memerlukan anak muda semacam ini lebih banyak lagi! Saya rindu saya menjadi bagian mereka yaitu Super Youth bagi kemuliaan Tuhan. Pertanyaannya sekarang, apa yang mereka lakukan sehingga mereka bisa menjadi sedemikian Super nya sehingga menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang? Setidak-tidaknya ada 5 hal penting yang harus kita lalui dalam kehidupan ini untuk dapat menjadi Super Youth:

PEMULIHAN GAMBAR DIRI
Anak-anak muda seperti kita yang hidup didunia Metropolis atau yang tinggal di kota besar, cenderung mengalami masalah dengan gambar diri. Biasanya hal tersebut disebabkan oleh kurangnya waktu berkumpul dengan orang tua kita yang super sibuk dalam mencari nafkah. Memang mereka mencari uang untuk keluarga namun mereka meninggalkan hal yang esensi dalam sebuah keluarga yaitu hubungan dan waktu efektif dengan anak-anak mereka. Akibatnya, banyak anak muda yang mengalami kurang kasih sayang orang tua, sehingga mereka lari pada hal-hal yang kurang baik seperti pergaulan buruk yang cenderung bisa menerima mereka dan memberikan kasih sayang yang tidak pernah bisa diberikan oleh orang tua mereka dirumah, obat-obatan terlarang, dunia malam, dan masih banyak lagi yang menjadi pelarian kita. Akibatnya, kita mengalami kerusakan gambar diri. Kita terhilang dalam dunia kita sendiri, kita kehilangan gambar diri dan jati diri kita, kita menjadi orang lain didalam kita dan kita kehilangan kesadaran akan siapa diri kita sebenarnya dihadapan Tuhan. Itu semua diakibatkan oleh lingkungan yang tidak benar dan pergaulan yang buruk. Lalu, bagaimana solusinya? Pertama, sadarilah bahwa apa yang telah kita lakukan merupakan sebuah kesalahan yang kita perbuat. Kedua, bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Ketiga, sadarilah bahwa Tuhan sanggup mengubahkan kehidupan kita. Keempat, jalani kehidupanmu dan rebut kembali waktu-waktu dalam kehidupan kita yang telah hilang dengan sia-sia. Keempat hal itulah yang harus kita lakukan agar kita bisa mengalami pemulihan gambar diri.

MEMBERI LEBIH BANYAK
Setelah kita mengalami pemulihan gambar diri, saatnya kita menjadi anak muda yang bertumbuh. Apa yang kita punya dan kita tanam, akan mudah sekali untuk mati apabila kita tidak merawatnya. Sama seperti sebuah tanaman, demikian pula kehidupan kerohanian kita. Tanpa pupuk, air, dan tanah yang digemburkan, maka tanaman itu tidak akan pernah bisa bertumbuh dengan baik dan sehat, bahkan cenderung untuk mati.
Apa yang kita alami dan apa yang telah kita dapatkan dari Tuhan, saatnya kita bagikan kepada orang lain dengan cara memberi lebih banyak. Jika orang menyuruh kita berjalan 1 mil, maka berjalanlah dengannya 2 mil, artinya ketika kita membagikan pengalaman kehidupan kita kepada orang lain, bagikan lebih banyak lagi. Ketika kita berjalan dengan orang lain sejauh 2 mil, maka dipastikan ditengah-tengah perjalan tersebut kita pasti melakukan satu proses yaitu komunikasi yang membuat perjalanan kita tidak terasa sekalipun jauh. Demikian pula kerohanian kita, jika kita tidak memberikan dan membagikannya kepada orang lain lebih banyak maka perjalanan rohani kita menjadi lebih melelahkan.
Ketika saya mengalami sebuah pengalaman dengan Tuhan, maka saya cenderung untuk membagikannya kepada orang lain. Ini disebabkan ada sesuatu dalam perasaan saya, jika saya tidak membagikannya, maka saya akan merasakan kekeringan dan kehilangan gairah untuk melanjutkan perjalanan. Ingat, Passion kita kepada Tuhan tidaklah berhenti pada level Passion namun harus berlanjut dengan Compassion yaitu dibagikan untuk orang lain.

LAKUKAN YANG TERBAIK
Kita bisa menjadi rohani dengan apa yang kita kerjakan, namun ada satu hal yang terpenting dalam melakukan semuanya itu yaitu melakukannya dengan yang Terbaik. Ada sebuah kisah dalam sebuah pelatihan menulis, sang pembicara menantang para peserta: Sekarang tuliskan apa yang akan menjadi pesan terakhir anda jika 5 menit kedepan anda akan meninggal?. Yang terjadi kemudian, para peserta bisa menulis beberapa halaman pesan-pesan terakhir mereka, padahal hanya dalam waktu 5 menit. Dan apa yang mereka tulis merupakan sesuatu yang luar biasa, itulah karya tulis kepepet dimana segala potensi penulis tertuang didalamnya.
Dalam pelayanan, saya selalu menaruh dalam pikiran saya: Saya harus berkotbah dengan cara Terbaik, sebab siapa tahu setelah kotbah saya mati. Itu selalu saya tanamkan dalam pikiran saya, mengapa? Karena saya ingin merangsang diri saya sendiri untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan sama seperti saat terakhir saya melayani Tuhan. Itu sangat baik agar kita bisa terpacu untuk Give the Best kepada Tuhan.
Didalam firman Tuhan, diceritakan bahwa Tuhan sangat berkenan kepada korban persembahan yang Terbaik, tidak cacat, dan bercela. Ini merupakan sebuah tanda bagi kehidupan kita, bahwa Tuhan rindu kita melakukan segala sesuatu dalam kehidupan kita dengan sesuatu yang Terbaik. Roma 12 ayat 1-2 mengatakan bahwa kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah karena itulah ibadah kita yang sejati dihadapan Tuhan. Ini artinya kehidupan kita sendirilah yang menjadi korban dihadapan Tuhan, jadi lakukan segala sesuatu yang terbaik bagi Tuhan sebab kita mempersembahkan bukan asal-asalan namun benar-benar lahir dari hati kita. Ini juga berlaku dalam pekerjaan kita, jika orang lain nitip check lock, seharusnya kita juga tidak melakukan hal tersebut. Jika orang lain suka mbolos jam kantor, seharusnya kita tidak melakukannya. Inilah melakukan segala sesuatu yang Terbaik bagi Tuhan, bukankah pekerjaan juga merupakan sebuah pelayanan? Bagaimana kita melayani Tuhan dalam tempat kita bekerja jikalau tidak dengan melakukannya dengan yang Terbaik?

MEMBANGUN ORANG LAIN
Sebuah bara api jika sendirian akan lebih cepat dan mudah padam dibandingkan dengan ketika dia berkumpul dengan bara api yang lainnya. Beberapa waktu yang lalu saya diajak oleh seorang rekan untuk bergabung dalam komsel khusus profesional, disitu saya bertemu dengan berbagai macam orang dan profesi diantaranya ada seorang penterjemah hamba-hamba Tuhan dari luar negeri, beliau juga sebagai pimpinan di sebuah lembaga sosial yang menapung para gadis yang hamil diluar nikah dan pelayanan pemulung, ada juga ibu rumah tangga yang mulai menjalani profesi sebagai motivator dan mendirikan tempat pelatihan baby siter, ada pula yang menjadi pendoa di Menara Doa Surabaya, juga ada pula yang menjadi school pastor yang membawahi beberapa kepala sekolah dari playgroup sampai SMU, juga ada seorang muda yang menjadi marketing di sebuah perusahaan kimia, dan yang membuat saya surprise yaitu seorang gadis muda yang menjadi kepala sekolah di sebuah playgroup. Saya merasa benar-benar menerima anugerah Tuhan yang besar karena ditempatkan ditengah-tengah mereka, kami bisa saling belajar dan berbagi apa yang kami peroleh ketika menjalani kehidupan bersama dengan Tuhan. Tuhan selalu memberikan sesuatu kepada kita dengan satu tujuan yaitu berbuah, dan kalau kita berbuah, berati orang lain bisa menikmati buat tersebut. Firman Tuhan mengajarkan kepada kita agar kita saling membangun satu dengan yang lainnya, ini merupakan sebuah panggilan dalam kehidupan kita. Banyak anak muda cenderung menjadi pembangun tembok dibandingkan dengan pembangun jembatan. Tembok berarti membangun jarak dengan orang lain, merasa bisa sendiri, tidak butuh orang lain, dan merasa dirinya lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain. Sedangkan jembatan memiliki makna kerendahan hati, menjalin hubungan dengan orang lain, memberikan hidup kita untuk orang lain, dan rela memberikan apa yang kita punya sebagai jembatan kesuksesan bagi orang di sekitar kita. Manakah diantara keduanya yang kita pilih?

MENJADI TELADAN
Yang terakhir, bagimana agar kita bisa menjadi Super Youth? Yaitu dengan menjadi teladan. Banyak ahli kepemimpinan mengatakan bahwa tindakan kita berbicara lebih kuat dibandingkan dengan perkataan saja. Kita bisa berbicara dengan seribu kata namun yang bisa mengubahkan orang hanya dengan satu tindakan. Tindakan kita selalu berbicara lebih keras dibandingkan dengan perkataan, orang cenderung menilai kita dari tindakan dan sikap kita. Sikap kita untuk mengatasi persoalan, sikap kita untuk menerima segala kritikan, sikap kita menghadapi hal-hal yang buntu secara manusia, itu semua bisa menjadi satu alat untuk menilai seberapa dalam dan dewasanya kehidupan kita. Umur 18 tahun bisa menjadi sangat dewasa ketika dia bisa bertanggung jawab sedangkan usia 50 tahun bisa menjadi sangat kekanak-kanakan jika dia gagal bertanggung jawab. Kedewasaan tidak dilihat dari usia tetapi bagaimana kita menerima tanggung jawab dan melakukannya dengan benar. Firman Tuhan berkata jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda, tapi jadilah teladan bagi orang-orang percaya. Anak muda harus menjadi teladan dalam segala hal, baik dalam perkataannya, perbuatannya, kasihnya, kesetiaannya, bahkan dalam melayani Tuhan sekalipun. Siapkah kita menjadi Super Youth berikutnya?

MEMIMPIN DENGAN HATI

Ketika saya sedang menuliskan artikel kali ini, saya dalam keadaan berdebat-debar, ‘empot-empotan’, dan penuh dengan penasaran. Bukan karena alasan apapun kecuali satu hal yaitu, dalam rapat kepengurusan kaum muda pada tahun 2010 ini, kami melahirkan sebuah kebijakan yang mungkin bagi sebagaian orang dianggap tidak populer, tidak maju, kuno, nggak moderen ‘blas’, yaitu sebuah keputusan tentang tata cara pemilihan ketua kaum muda gereja kami yang baru. Jika pada tahun-tahun sebelumnya dan mundur pada tahun yang lebih lama lagi, tata cara yang kami pakai biasanya menggunakan tata cara pemilihan secara demokrasi (yang akhirnya banyak demo-demo...hehehehe), dan yang memilih biasanya kalangan pelayan dan pengurus kaum muda, dan kriteria yang digunakan biasanya sangat umum untuk memilih seorang pemimpin yaitu: Memiliki leadership skill yang kuat, dewasa rohani, melayani Tuhan, rajin beribadah, dan berhubungan baik dengan semua orang. Itulah kriteria-kriteria dan tata cara pemilihan ketua kaum muda kami yang lama. Namun pada tahun ini ada banyak hal yang mendasar dalam pemilihan ketua, tidak lagi menggunakan demokrasi namun kembali kepada firman Tuhan yaitu THEOKRASI (pemilihan dari Tuhan secara langsung), yang yang melakukan pemilihan ialah gembala kami Tante Erna yang kebetulan juga dikaruniakan karunia kenabian dan nubuatan. Sama seperti ketika Tuhan memilih Daud menjadi raja melalui Nabi Samuel, kami juga mengembalikan porsi pemilihan sesuai firman Tuhan yaitu membiarkan Tuhan sendiri yang memilih melalui nabiNya.
Memang terbesit sebuah pemikiran, bagaimana jika yang terpilih nanti jemaat biasa yang tidak diperhitungkan, no leadership skill, dan tidak pernah muncul di permukaan? Itulah yang kami inginkan! Bukankah Daud merupakan figur yang tidak diperhitungkan oleh keluarga bahkan nabi Samuel sendiri? Bahkan Daud tidak pernah menonjol dalam peperangan? (karena memang nggak pernah perang), dan Daud juga tidak menonjol dalam hal pemerintahan? Dan yang luar biasa, Daud masih sangat muda ketika Tuhan memilihnya. Itulah semua hal yang besar yang ingin kami lihat dari pemilihan ketua baru di kaum muda kami, kami memilih kata Tuhan daripada kata manusia yang melihat segala sesuatu melalui prestasi kemanusiaan dan cenderung mengabaikan tangan Tuhan yang mengerjakannya. Disaat-saat seperti inilah muncul yang dinamakan tokoh yang tidak masuk hitungan, sehingga genaplah nats yang berkata “yang lemah dipakai untuk mempermalukan yang kuat dan yang terlihat bodoh bagi dunia dipakai untuk mempermalukan apa yang bijaksana bagi dunia”. Kami sedang menantikan Tuhan menyatakan kuasanya pada sebuah ‘bejana kosong’ yang siap diisi dengan kemuliaanNya sendiri dan memimpin kami kepada rencana dan panggilan Tuhan dalam kehidupan kita. Apa yang kami bagikan ini, kiranya dapat menginspirasi dan membuat kita kembali berpikir ulang akan pemilihan sebuah kepemimpinan di gereja-gereja Tuhan saat ini, misalkan saja, jika ada seorang pengusaha sukses, akan lebih mudah menjadi seorang gembala sidang, dibandingkan dengan seorang pendoa sederhana dan tulus hati dalam melayani Tuhan.
Pernah suatu saat, ketika terjadi pemilihan ketua untuk ibadah remaja kami di Madiun, ternyata suara terbanyak menuju pada seorang yang sederhana, tidak neko-neko, terkesan lambat mengambil semua keputusan, dicaci makipun tidak membalas. Saya sebagai bawahannya terkadang merasa jengkel dan ‘gemas’ melihat sikap ketua kami yang satu ini, masak dituduh macam-macam (misal: merusakkan kabel mix untuk ibadah) tidak juga membalas, malah senyum-senyum saja dan malahan meminta maaf. Dalam kejengkelan saya, sempat terucap kata dalam hati,”kalau jadi saya, saya akan keluar saja!”.
Namun beberapa hari kemudian barulah mata saya terbuka ketika dia (seingat saya) mensharingkan tentang kepemimpinannya dan keterpilihannya menjadi ketua remaja waktu itu. Dia berkara beberapa hal:
Pertama, dia menyadari bahwa Tuhan yang memilih dia, karena dia tidak memiliki kemampuan sama sekali dalam hal kepemimpinan.
Kedua, karena dia menyadari bahwa itu anugerah, maka itu bukanlah sebuah posisi yang mati-matian harus dipertahankan demi gengsi, maka dari itu dia hanya diam saja ketika orang lain mengkritik apa yang diperbuatnya.
Ketiga, seperti Musa yang untuk pertama kali menolak panggilan Tuhan karena merasa tak fasih lidah demikian pula dia. Tapi Musa memiliki kelembutan hati, ini tidak berbicara gerakan tubuh yang lemah gemulai namun ini lebih berbicara tentang ketergantungannya kepada Tuhan yang menuntun dia keluar dari Mesir.
Ketika ketua remaja saya ini menyampaikan ketiga hal tersebut, saya tersadar satu hal bahwa kita dipilih karena sebuah anugerah! Dan Tuhan memilih kita dengan sebuah alasan yaitu DIA INGIN MEMILIH KITA! Hanya itulah alasan Dia memilih kita!
Yesuspun mengajarkan kepada kita bahwa Dia meninggalkan kemuliaanNya dan mengosongkan diri untuk menjadi serupa dengan manusia bahkan rela mati sampai di kayu salib. Semua dilakukanNya untuk sebuah kepemimpinan atas kerajaanNya sendiri. Yesus tidak membangun kerajaanNya tidak diatas darah orang lain seperti yang dilakukan oleh nabi-nabi lain, jendral-jendral dunia, raja-raja dunia, dan penguasa-penguasa dunia, namun Dia membangunNya dengan darahNya sendiri.
Ketika mendengar itu semua, mata saya menjadi terbuka dan sekejab melihat beberapa sisi dari beberapa pemimpin di alkitab, ketika mereka ada pada jabatannya, dan mereka harus memilih antara mempertahankan gengsi dengan tetap menjaga kelemahlembutan hati mereka dihadapan Tuhan. Mereka yang menjaga hal kedua yaitu tetap menjaga kelembutan hatinya, maka hidupnya akan langgeng. Sebut saja:
Musa, ketika dia menikah dengan orang Kuzy, Miriam dan Harun memaki-maki Musa, namun reaksi Musa hanya diam. Sampai-sampai Tuhan tak tega melihat Musa diperlakukan demikian, Dia mengambil tindakan dengan menulahi Harun dan Miriam dengan kusta. Namun yang terkena hanya Miriam karena Harus mengenakan pakaian imam besarnya.
Daud, ketika Ziglag terbakar dan istri, anak, harta, dan ternak dijarah musuh, bahkan rakyat memaki-maki dia dan hampir melemparinya dengan batu, maka reaksi Daud hanya diam dan bertanya kepada Tuhan apa yang harus dikerjakannya. Dan Tuhan berkata agara Daud mengejar musuh dan membawa kembali jarahan mereka. Dan akhirnya Tuhan melakukan tepat seperti yang difirmankannya kepada Daud.
Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh pemimpin yang dipakai Tuhan dalam firman Tuhan, mereka telah membuktikan bahwa mereka telah memiliki sebuah model kepemimpinan yang baru yaitu Memimpin dengan Hati. Seorang pemimpin yang lahir dari hati Tuhan dan dipilih sendiri oleh Tuhan, pasti memiliki hati dalam memimpin umatNya. Selamat menantikan pemimpin yang memimpin dengan hati!

FINISHING WELL

“aku telah mengakhiri pertandingan yang baik dan aku telah memelihara iman...”, itulah yang dikatakan oleh Rasul Paulus. Biasanya tulisan dari petikan surat yang di tulis oleh Paulus sebelum meninggal tersebut tertulis pada batu-batu nisan orang Kristen akhir-akhir ini. Memang kata-kata tersebut sangat bagus sekali untuk kita renungkan, namun sebenarnya kata-kata tersebut tidak selalu identik dengan kematian, sebab Paulus sendiri ketika mengatakannya, dia masih dalam keadaan hidup.
Tapi bagaimana dengan kita anak-anak muda? Beberapa kenyataan pahit yang harus saya tuliskan pada kesempatan ini tentang perjalanan kehidupan anak muda yang dipakai Tuhan luar biasa, yang akhirnya mengakhirinya dengan cara yang tidak Ilahi. Kita sering mendengar kejatuhan beberapa hamba Tuhan muda dalam dosa pelecehan seksual, perjinahan, perselingkuhan, dan sebagainya termasuk penyimpangan-penyimpangan dalam hal seksual. Setidaknya saya mendapatkan kisah nyata tersebut dari 5 hamba Tuhan muda yang sedang dipakai oleh Tuhan, semuanya mengakhiri pelayanan mereka dengan kejatuhan.
Ternyata di alkitab pun juga menuliskan beberapa contoh yang menunjukkan beberapa kejatuhan orang-orang kepercayaan Tuhan sendiri, diantaranya Simson. Dia merupakan gambaran dari anak muda Kristen saat ini yang sedang menyala-nyala dipakai oleh Tuhan. Namun pelanggaran demi pelanggaran terus dilakukannya tanpa rasa bersalah dan takut akan Tuhan, akibatnya dia jatuh karena rayuan Delailah yang membuatnya kehilangan kekuatan Tuhan dan hidup sebagai tawanan. Ini dalam hal seksualitas.
Dalam hal keuangan, alkitab menunjukkan kisah bujang Elisa yang menerima uang dan beberapa persembagan dari Naaman yang baru saja sembuh dari kustanya. Padahal Elisa menolak pemberian tersebut, dan dengan kebohongannya, bujang tersebut mengaku tidak menerima pemberian dari Naaman. Singkat cerita penyakit kusta yang tadinya ada pada Naaman, nempel pada tubuh bujang tersebut.
Yudas Iskariot, yang merupakan murid Yesus sendiri juga mengalami kejatuhan. Dia rela menyerahkan Yesus hanya demi uang yang di berikan oleh para imam. Pengkhianatan terbesar yang pernah dilakukan dengan menyerahkan Yesus kepada para imam dengan cara menciumNya. Akhir kisah tersebut kita ketahui bersama, Yudas memutuskan untuk bunuh diri.
Paulus juga pernah mengirimkan suratnya kepada sebuah jemaat, dia menegur keras jemaat tersebut karena mereka memulai kehidupan kerohanian mereka melalui kehidupan roh, namun mereka mengakhirinya dengan kedagingan. Ini yang harus menjadi koresi kita bersama, apakah kita telah memulai kehidupan kekristenan kita melalui kehidupan yang mengenal Tuhan? Dan apakah kita sedang berjalan dan berusaha mengakhirinya dengan kedagingan?
Ada beberapa hal penting, bagi kita sebagai anak muda. Beberapa hal berikut merupakan alat penolong bagi kita untuk dapat mengakhiri pertandingan iman kita dengan baik.

KOMUNITAS
Seberapa penting arti atau makna komunitas dalam kehidupan kita? Ada sebuah kisah yang mengetuk hati saya ketika membahas tentang hal ini. Pada era tahun 60 an, Komunis berhasil ‘memerahkan’ ¾ dunia dengan paham mereka. Seorang wartawan Kristen memberanikan diri untuk mewawancarai seorang pemimpin komunis. Wartawan tersebut bertanya,”manakah menurut anda yang lebih kuat, komunisme yang anda bangun atau kekristenan?”. Ketika memperhatikan pertanyaan wartawan tersebut, pemimpin komunis tersebut menjawab dengan tegas,”kita yang lebih kuat”. Wartawan tersebut penasaran sambil bertanya,”kenapa?”. Lalu pemimpin komunis tersebut menjawab dengan enteng,” kalian orang kristen tidak pernah melakukan firman, sedangkan kita orang komunis melakukan firman Tuhan kalian”. Ternyata kata komunisme berasal dari akar kata komuni (berbagi) ini diambil oleh tokoh-tokoh komunis dari kehidupan orang kristen mula-mula yang terdapat dalam kitab kisah para rasul. Firman Tuhan berkata, “mereka (jemaat Tuhan) menjual segala miliknya dan meletakkannya di bawah kaki rasul dan membagikannya sesuai dengan kebutuhan mereka”. Kalau komunis saja bisa menguasai ¾ negara-negara didunia dengan pahamnya, bagaimana dengan gereja? Apakah kita masih mempertahankan denominasi sendiri tanpa peduli dengan orang lain?
Mengapa komunitas sangat penting untuk membantu kita menyelesaikan pertandingan dengan baik?
Pertama, komunitas memiliki kuasa untuk mengubahkan kebiasaan kita.
Ada sebuah ungkapan yang mengatakan demikian,” tunjukkan kepada saya teman-teman anda, maka saya bisa memastikan masa depan anda”, artinya dengan siapa kita bergaul, maka sifat dan kebiasaan kita juga akan menyerupai habitat atau kebiasaan yang dibangun dan dihidupi oleh lingkungan pergaulan kita. Firman Tuhan telah menjelaskan kepada kita tentang hal ini,” Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”.
Ada sebuah kisah anekdot tentang kehidupan seekor rajawali yang hidup sebagai ayam. Diceritakan, ada sebua telur rajawali yang di erami oleh seekor induk ayam bersama belasan telor lainnya. Ketika telur-telur tersebut menetas, maka muncullah beberapa anak ayam termasuk satu ekor rajawali. Karena rajawali kecil hidup ditengah-tengah kawanan ayam, maka dia hidup seperti cara ayam, mencari makan seperti ayam, dan melakukan segalanya seperti ayam.
Ketika beranjak dewasa, rajawali muda tersebut melihat ke langit dan melihat seekor burung rajawali yang melintasi langit, dengan sayap yang besar dan keperkasaan tubuhnya, membuat rajawali muda tersebut terkagum-kagum dambil berkata,” andai aku bisa menjadi seperti burung tersebut”. Tanpa sadar kita seperti rajawali muda ini, kita memiliki gaya hidup seperti ayam, padahal kita diciptakan Tuhan seperti rajawali. Jika kita tidak ingin terjadi, temukan komunitas yang baik dan membangun, maka kita akan menemukan letak kekuatan kita dan bersiaplah untuk terbang tinggi.
Kedua, komunitas menjaga gairah kita untuk hidup dengan semangat.
Sama seperti prinsip nyala arang, demikian pula kehidupan kita sebagai orang kristen. Tanpa orang lain yang selalu terus menerus menanamkan nilai yang benar dalam kehidupan kita, maka kita akan susah untuk mengalami pertumbuhan. Kerohanian kita akan mendapat dukungan yang baik saat kita berada dalam komunitas yang tepat. Ketika kita melangkah dan melakukan apapun, maka orang pertama yang bisa mengcover dan mendukung kita ialah orang-orang yang ada dalam komunitas kita. Jadi temukan itu dan menyalalah bersama-sama.

FOKUS
Sinar matahari yang begitu kuat belum tentu sanggup membakar selembar kertas, namun sinar laser yang kecil dan lemah, dapat memebelah baja yang tebal. Mengapa? Karena adanya kekuatan fokus. Ketika kita sebagai anak muda memiliki panggilan tertentu dan kita berusaha mengerjakannya, tiba-tiba ada saja beberapa masalah yang akan mengecok kita untuk tidak melakukan panggilan kita. Ini sering terjadi pada kita semua sebagai anak muda.
Sama seperti seorang pelari yang harus menyelesaikan pertandingannya, tidaklah mungkin dia berhenti dan melihat kekanan dan kekiri, siapa tahu ada yang mengajak ngobrol dan memberi minuman. Mengapa dia tidak melakukannya? Karena dia tahu bahwa fokusnya hanya satu yaitu mencapai garis akhir.
Masalahnya, apakah kita telah mengeri panggilan hidup kita? Jika kita belum mengetahuinya, maka kita akan kesulitan untuk ber fokus pada pencapaian Ilahi. Seorang pelari akan mudah lelah karena tidak tahu kemana tujuan pelariannya, akan sangat berbeda jika dia mengerti tujuaan yang harus dicapai, ketika dia mengetahuinya, maka dia akan menyiapkan strategi untuk mencapainya, memperhitungkan waktu pencapaiannya, dan mencari jalan yang cepat untuk menyelesaikannya. Demikian pula dengan kehidupan kita, mengapa kita cenderung tidak fokus dalam kehidupan ini? Karena kita tidak menemukan tujuan! So, temukan tujuan dan fokuslah untuk menyelesaikannya

25 th TIME TO RUN!

Saat kita berusia Batita (Bawah 3 tahun), kita belajar untuk memanggil mama dan papa, kita menangis jika lapar atau popoh basah, atau hal lain yang membuat kita tidak nyaman. Masuk usia Balita (Bawah 5 tahun) kita mulai merangkak dan berjalan, kita mulai melatih tangan untuk memegang sesuatu, menendang dengan kaki kita, dan tahu membedakan warna dan mengekspresikan perasaan kita seperti tertawa, cemberut, menangis, atau diam karena malas atau BeTe. Masuk usia diatas 5 tahun kita mulai untuk belajar angka, huruf, kita masuk playgroup, TK, kita belajar bergaul dengan teman-teman kecil kita, kita mulai melangkah dan berjalan sambil sedikit berlari. Ketika menginjak usia 12 tahun keatas, kita mulai mengalami perubahan fisik yang dipengaruhi oleh hormone dalam tubuh kita. Banyak bagian tubuh kita yang tadinya mulus menjadi kasar dan berbulu, ada bagian tubuh kita mulai menonjol, kita mengalami mimpi2 dikolam renang sehingga membuat kasur kita basah. Disitu pula kita mulai belajar untuk jatuh cinta dengan lawan jenis, kita menggoda mereka, kita mulai melakukan aktifitas cinta monyet dan malu-malu kucing. Tetapi ketika menginjak bangku SMU, kita mulai stress karena banyak pelajara berat harus kita jalani, ujian-ujian yang harus kita hadapi berbeda ketika kita SD atau SMP. Kita mulai berpikir akan masa depan, kita berpikir mau kuliah dimana setelah SMU. Dan masih banyak hal lain yang harus kita pikirkan. Makanya ketika SMU, banyak sekali masalah yang menghampiri kita. Bukan hanya masalah sekolah dan masa depan, kita juga menjadi pemain sinetron cinta yang handal, kita nembak lawan jenis, kita jadian, kita pacaran, eh kita putus juga. Konflik terjadi, cemburu tersebar dimana-mana, dan banyak hal terjadi pada usia tersebut. Setelah melalui SMU kita mulai menempuh kuliah, dengan style kayak gak niat sekolah kita masuk kampus dengan kaos, celana jeans, dan sebuah buku catatan dan bolpoin di saku. Menjadi mahasiswa merupakan sesuatu yang prestos/ bernilain dan lebih parlente dibandingkan dengan anak-anak dibawah kita yang masih pakai celana pendek warna merah, biru, dan celana panjang warna abu-abu dengan tas ransel dipunggung mereka. Kita lebih keren karena masuk semaunya sendiri, kita mulai belajar bergaul dan hangout dengan temen kampus, kita mulai pulang lebih malam karena telah merasa dewasa dan ngerti segala hal. Tapi kesombongan itu mulai berubah ketika kita masuk pada semester akhir dan menyiapkan skripsi. Jika diawal kuliah kita merasa berdiri tegak, maka saat-saat akhir tersebut membuat kita menunduk malu, mengapa? Karena kita tidak kelar2 menyelesaikan skripsi. Saat orang bertanya : sudah selesai kuliahnya? Kita hanya menjawab dengan malu: Hampir (tapi masih lama kelarnya) Lulus kuliah, kita mulai binggung mencari kerja. Kita melamar kesana kemari tidak pernah dipanggil-panggil, ujung2nya kita menari Tuhan dengan sungguh-sungguh sampai dapet kerjaan. Dan akhirnya kita mendapat kerjaan yang kita inginkan dengan gaji yang pas-pasan. Itulah realita siklus kehidupan yang sering terjadi didalam kehidupan nyata, mungkin kita pernah mengalaminya. Saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk menginjak tanah (tidak tidur didalam tanah alias mati) pada usia 25 tahun ini. Apa makna tahun ini dalam kehidupan saya? Tahun-tahun yang lalu Tuhan telah mengajar saya bagaimana berjalan, menggerakkan potensi dalam hidup ini, dan mendengar suara Bapa di surge. Itu semua sebelum menginjak 25 tahun usia saya, sekarang apa yang saya kerjakan? Menyiapkan pernikahan? Menyiapkan rumah? Mungkin. Tapi saya berpikir pasti ada hal yang lebih penting dari itu yaitu SAATNYA BERLARI. Kadang kehidupan kita suka sekali dengan kenyamanan dank e-nyantai-an, kita lebih suka alon-alon klakon (pelan-pelan terjadi), itu jika kita hidup di jadul (jaman dulu). Jaman sekarang, persaingan semakin ketat, orang bukan lagi berjalan tapi berlari mengejar banyak hal di depan mereka. Sayapun juga mengambil keputusan untuk terus berlari sampai melihat dan melewati garis akhir yaitu target yang Tuhan sediakan. Ada 5 hal yang harus kita lakuka agar kita bisa berlari pada tahun ini, yaitu:
BE THE FIRST
Menjadi yang pertama dalam segala hal, kita membuat banyak terobosan yang bisa menginspirasi banyak orang lewat apa yang kita lakukan
BE THE BEST
Lakukan segala sesuatu dengan spirit of excellent, segalanya kita berikan yang terbaik. Jika kita melayani Tuhan, persiapkan pelayanan kita dengan yang terbaik, kita bekerja juga menjadi yang terbaik, semua kita berikan hanya untuk Tuhan.
BE THE DIFFERENT
Tapillah menjadi orang yang berbeda dengan kualitas hidup yang tinggi. Daniel menjadi orang yang berbeda pada jamannya, dia dipakai dalam 4 pemerintahan yang berbeda karena dia berkualitas dan itu yang membedakan dirinya dengan orang pandai lainnya sejamannya. BE
THE INOVATIVE
Tanpa inovasi kita akan mati. Jika kita hanya melakukan segalanya dengan 3 hal tersebut diatas, maka kita hanya menjadi orang yang ordinary dan bukan Extra-ordinary. Lawan dari innovative ialah monoton. Mengapa hidup kita kehilangan gairah ditengah jalan? Karena kita tidak melakukan inovasi. Ini juga berlaku dalam hal berhubungan dengan orang lain, melayani, bekerja, dan sebagainya. Orang yang hanya biasa-biasa tidak pernah dicari tapi orang yang punya keunikan dibandingkan dengan jutaan orang lainnya, pasti akan dicari.
BE THE INSPIRED
Jangan lupa membangun dan menginspirasi orang lain melalui kehidupan kita. Banyak orang hanya memendam rahasia keberhasilan mereka dan sulit membagikannya kepada orang lain, akibatnya mereka tidak menginspirasi dan mewariskan apapun bagi generasi berikutnya, sangat disayangkan. Setelah kita berhasil, saatnya kita menjadi objek inspirasi bagi yang lain untuk mengalami hal yang sama. Are you ready?

BANYAK TIKUNGAN TAJAM DALAM PELAYANAN

Ketika saya memulai pelayanan membawakan firman Tuhan, saya mulai memasuki beberapa tikungan-tikungan rawan yang selama ini menjadi momok bagi para pengkotbah diantaranya:
1. Memilih antara pelayanan ditempat ‘besar’ dengan tempat yang ‘kecil’
2. Menerima Persembahan Kasih atau tidak.
3. Memposisikan diri sebagai hambaNya Tuhan atau artisNya Tuhan
Setidaknya ketiga hal utama diatas telah saya lalui dalam pelayanan saya dalam periode 3 tahun terakhir ini. Saya mencoba membagikan ini mengapa? Karena saya dulu berpikir sangat idealis,”masak banyak hamba Tuhan jatuh cuman karena begituan”, namun ketika saya masuk area pelayanan ini dan saya mulai melewati ‘tikungan’ seperti ini baru saya menyadari bahwa ini sangat nyata dan bisa menjatuhkan motivasi kita dengan mudah apalagi kalau sudah banyak tempat mengundang kita untuk melayani.
Pengalaman pertama, Memilih pelayanan di tempat ‘Besar” atai tempat “Kecil”.
Ketika saya makan di sebuah rumah makan di kawasan Sidoarjo, saya iseng menelpon seoranghamba Tuhan mentor saya untuk menanyakan masalah sekolah S2 yang bagus, cerita panjang lebar tersebut berujung pada diundangnya saya untuk melayani kotbah di gerejanya (ibadah umum) pada 27 Desember 2009 hari minggu. Karena saya berpikir saya bisa, maka saya mengiyakannya, kemudian dia menawarkan kembali bagaimana kalau Natal melayani sekalian, kan pasti ada pesan Tuhan, katanya. Saya berkata memang ada pesan tapi saya tanya Babe dulu (padahal dalam hati seneng setengah hidup). Tidak selang berapa lama, dia menelpon kembali dan menawarkan lagi, bagaimana kalau sekalian ibadah tutup tahun saja, saya langsing berpikir cepat, ada apa ini kok aneh dan baru pertama kali terjadi dalam hidup saya? Saya masih 24 tahun melayani ibadah umum yang nota bene nya orang2 yang sudah makan asam garam dunia.
Setelah itu saya langsung tanya Tuhan,”ini ada yang aneh kayaknya Tuhan, kok aku mbok suruh ngelani sebegitu banyaknya apalagi event gede-gede dan aneh-aneh...”. lalu Dia hanya berkata,”yang pahit jangan cepat-cepat dimuntahkan siapa tahu obat, yang manis jangan cepat-cepat ditelan siap tahu racun”. Mendengar itu saya ngerti maksud hatiNya, lalu saya berkata kepada hamba Tuhan yang menawari saya,”tante, sori saya cuman bisa melayani hari minggu 27 Desember 2009 itupun hanya pagi”. Dia bisa mengerti alasan yang saya kemukakan karena saya belajar jika undangan itu bukan dari Tuhan sekalipun yang mengundang gereja besar saya tidak berani ambil, daripada itungan dibelakang tambah gosong (hehehehe). Setelah melakukan penolakan itu saya merasa damai di hati, tapi saya baru inget, kenapa tadi tidak minta alasannya kepada Tuhan, lalu saya langsung tanya kepada Tuhan,”Lha aku nggak boleh ngelayani Natal ama Tutup Tahun itu kenapa to Tuhan?”. Dia berkata,”kalau kamu ngelayani dua event tersebut pasti kamu akan nguling karena kesombongan”. Ya ampun, ternyata Tuhan tahu apa yang akan terjadi dan memang ketika saya mendengar permintaan tersebut hati saya seneng setengah hidup dan itu kedagingan yang ingin terkenal. Maka dari itu saya belajar, mau persekutuan kecil kalau yang suruh Tuhan, saya pasti berangkat, kalau gereja besar, tapi Tuhan tidak kasih perintah saya tidak mau jalan.
Pengalaman kedua, Menerima Persembahan Kasih atau tidak.
Pertama saya melayani kotbah, saya disodori amplop dari gembala gereja setempat. Waktu itu saya menolak dengan alasan saya masih bekerja jadi biarkan Tuhan memberkati lewat pekerjaan saya. Itu beberapa bulan saya lakukan hal tersebut dengan alasan yang sama. Namun lama kelamaan ada yang tidak pas, Roh Kudus berkata,” mereka bisa diberkati karena memberkati kamu, jadi harus kamu terima, masalah urusan nanti disalurkan kemana tunggu komando saja”. Saya berpikir terus apa bener ini dari Tuhan. Beberapa hari kemudian, saya mendengar dari Pdt Timotius Arifin bahwa Persembahan kasih harus kita terima sebagai hamba Tuhan karena lewat itulah maka gereja tersebut diberkati. Ternyata sebegini pentingnya kita menerima persembahan kasih tersebut.
Sejak itu saya memutuskan untuk menerima setiap persembahan kasih, masalah nanti mau disalurkan ke mana terserah Tuhan. Suatu ketika saya melayani di Kaum muda di gereja pusat di Surabaya, setelah menyampaikan firman saya menerima Persembahan Kasih, tapi sebelumnya Tuhan sudah berpesan,”kalau kamu terima 300 ribu, nanti yang 100 ribu berikan kepada si X”. Saya bilang,”OK”. Ternyata waktu saya diberi dan saya membukanya waktu dimobil, tepat seperti yang Tuhan bilang, padahal itu pertama kali saya melayani di tempat itu, dan saya melakukan tepat seperti yang Dia minta plus saya sisihkan untuk perpuluhan. Dan yang perlu kita berhati-hati, jangan sampai kita terikat dan memiliki motivasi tidak benar yaitu melayani hanya agar mendapat Persembahan Kasih!
Pengalaman ketiga, Memposisikan diri sebagai HambaNya Tuhan atau artisNya Tuhan.
Sering kita melihat setiap pendeta yang diundang, datangnya molor, waktu puian penyembahan tidak ikut, sok sibuk membolak balik alkitab untuk memperlihatkan bahwa dia sedang menyiapkan kotbah? Saya berani berkata: Itu semua contoh yang salah! Mengapa saya berani bilang, karena Tuhan sendiri yang bicara waktu saya melakukan hal tersebut. Waktu penyembahan saya tidak mengikutinya, malah sibuk dengan laptop saya untuk menyiapkan kotbah, lalau Tuhan bertanya,”apa lebih terhormat berkotbah daripada menyembah?” waduh...waduh... ternyata saya telah terkena syndrome ‘keartisan’ pendeta.
Ini yang Tuhan tidak suka! Sejak itu, saya mengubah sikap saya, saya tidak mau dengan sengaja ‘menelatkan’ diri agar orang menunggu saya, menyambut saya, melihat saya ketika saya berjalan di kursi bagian depan layaknya artis, kalau telat mending duduk di belakang daripada mengganggu ibadah.
Suatu ketika saya telat datang ke sebuah gereja di sidoarjo, setahu saya ibadah mereka 18.00 wib, tapi hari itu karena hujan dan banyak kendaraan, saya baru keluar dari Surabaya jam 17.50 Wib, pasti telat, pikir saya. Saya hanya berdoa, “Tuhan sekali ini saja, saya ingin menyembah dari awal, nanti Kamu dateng diawal aku terlambat jadinya gimana....”. saya terus mengendarai kendaraan saya dan berharap Tuhan mengubah susunan acara gimanapun caranya saya tidak tahu, ketika saya mendekati gereja tersebut ternyata sudah jam 18.24 wib, tepat pada jam tersebut ada sms masuk dari pengurus gereja tersebut bahwa ibadah dimulai jam 18.30 wib. Waduh saya merasa lega dan bersyukur atas apa yang Tuhan berikan ini merupakan kesempatan yang Tuhan beri, asal kita memiliki kerinduan menyembah. Ingat Tuhan tidak pernah mencari Pengkotbah tapi Penyembah. Jadilah penyembah sebelum berkotbah. GBU!