Pada suatu waktu ketika orang masih bisa membeli es krim dengan sekelip (lima sen), ada seorang anak yang tinggal di suatu kota kecil dengan ibunya. Setiap Minggu ibunya mengajak anak itu ke gereja dan selesai kebaktian mereka pergi ke kota untuk membeli es krim. Pada suatu hari Minggu ibu itu merasa kurang sehat, dan ia berkata pada anaknya agar pergi ke gereja sendiri. Ia memberi dua kelip pada anaknya – satu untuk persembahan dan satu lagi untuk es krim. Dalam perjalanannya ke gereja anak itu harus melalui sebuah jembatan tua. Ketika berada di atas jembatan anak itu berloncat-loncat dan ia senang ketika jembatan itu bergoyang-goyang. Namun telinganya yang tajam mendengar suara uang jatuh, ternyata salah satu uang kelipnya jatuh dan bergulir ke antara lubang retakan di jembatan. Ia mencoba menangkap uang itu tetapi uang itu menggelinding masuk di sela retakan dan jatuh ke sungai. Dengan tak berdaya anak itu melihat uang itu ditelan arus sungai. Anak itu berdiri lagi dan membersihkan lututnya, dan berkata, “Ah tak apa, itu uang kelip yang untuk Tuhan.” Sering bila kita sedang kekurangan uang, maka Tuhanlah yang tidak memperoleh bagian. Bila kita kekurangan waktu, Tuhanlah yang harus menunggu. Bila kita kehabisan energi, Tuhanlah yang kita minta menggantinya. Tuhan membalik urutan prioritas itu ketika Ia berkata, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Bila Anda memberikan yang paling utama dan yang terbaik dari yang Anda miliki, maka Tuhan akan memberkati Anda dengan memberikan semua yang Anda perlukan dan lebih!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar