Hari2 ini sangat penting bagi kita semua khususnya para pemimpin rohani untuk masuk pada level pengenalan akan Tuhan yang baru (the NEW LEVEL). Seringkali kita mendengar tentang beberapa doa dari sebagian orang yang ingin tahu kehendak Tuhan dalam kehidupannya, atau para pemimpin rohani yang ingin tahu jalan Tuhan (pikiran Tuhan) tetapi sedikit sekali orang yang mau tahu hal ketiga dari Tuhan yaitu perasaan Tuhan. Mengapa?
Saya baru menyadari hari2 ini Tuhan sedang bawa saya pada sebuah level yang baru yaitu mengenal Perasaan Tuhan, ternyata sangat lembut. Dan mengapa banyak orang yang jarang sekali ingin tahu hal tersebut dikarenakan: ketika kita mencoba menyelami perasaan Tuhan, kita akan merasa tertuduh (secara rohani) ketika kita melakukan kehendak Tuhan. Sebab kita merasa bahwa apa yang kita lakukan (sekalipun itu baik menurut pandangan kita) ternyata melukai hati Tuhan. Dalam hal ini yaitu pribadi Roh Kudus yang lembut.
Beberapa waktu lalu Tuhan mengajar saya akan hal tersebut, saat suatu malam saya bermimpi sedang berada pada sebuah situasi ujian sekolah. Ketika membaca soal yang dibagikan (dalam mimpi saya), saya merasa sangat mudah sekali dan hanya mengoreskan bolpoin yang ada ditangan saya, maka semuanya beres. Ternyata sampai akhir ujian, dan waktunya habis, saya tidak bisa mengerjakannya. Aneh! Dan dikelas tersebut saya hanya menangis, mengapa soal segampang itu saja saya tidak bisa kerjakan.
Ketika saya terbangun (Rabu/ 26 Agustus 2009/ pagi), mimpi tersebut seolah2 mengejar saya. Lalu ada dorongan kuat dalam hati saya yang mengatakan bahwa: kamu sudah mengajarkan tentang mengenal perasaan Tuhan (waktu kotbah di Centro 23 Agustus 2009) sekarang kamu akan mengalami. Mendengar dorongan seperti itu saya langsung menyadari bahwa setiap kita berpikir lebih mudah mengetahui pikiran Tuhan dan kehendak Tuhan yaitu melalui membaca firman dan melalui orang lain yang diutus Tuhan menyatakan kehendakNya pada diri kita. Tapi bagaimana dengan mengerti perasaan Tuhan? Tidak ada cara lain keculai kita bergaul intim dengan Tuhan. Dan itu membutuhkan kerendahan hati dan waktu untuk terus connect dengan Tuhan. Itulah level yang baru.
Sama seperti mengerjakan soal yang menurut kita mudah, demikian pula dengan memahami perasaan Tuhan dengan lembutnya. Bukan perkara mudah, sebab lebih mudah kita melukai perasaan Roh Kudus dibandingkan dengan kita melukai perasaan orang2 disekitar kita. Ingat kisah Musa? Tuhan hanya menyuruh Musa berkata pada batu agar keluar air, tetapi yang dilakukan Musa ialah: memukul batu tersebut dengan tongkat, mengatai bangsa Israel, dan berkata: “Kami” (antara Musa dan Tuhan). Musa menganggap bahwa apa yang telah dia lakukan merupakan pekerjaan-nya (pribadi) dan Tuhan. Maka dari itu Tuhan marah kepada Musa karena dia melanggar kekudusan Tuhan. Mungkin kita berpikir, kan cumin perkataan saja, masak se-sensitif itukah Tuhan? Kalau level kita masih belajar mengerti pikiran dan kehendak Tuhan, maka itu menjadi hal biasa, tetapi ketika kita masuk pada level yang baru yaitu mengerti perasaan Tuhan, maka itu menjadi berbeda jauh. Musa dikatakan sebagai manusia yang memiliki hati paling lembut dibandingkan dengan orang kebanyakan dimuka bumi, ini berbicara masalah hati. Apa yang keluar dari mulut kita, merupakan hal yang ada dalam hati kita.
Ketika pulang dari Centro, saya juga ter-koreksi dengan apa yang saya kerjakan. Saya tahu bahwa segala hal yang saya lakukan tersebut merupakan kehendak Tuhan dan maunya Tuhan, tapi apa yang terjadi ketika saya melapor kepada Tuhan? Tuhan tunjukkan bagian2 tertentu dari apa yang saya kotbahkan, padahal itu seharusnya tidak saya katakan. Anehnya, hati saya bisa hancur dan memohon pengampunan Tuhan, saya merasa bersalah, mengapa tugas yang diberikan sedemikian rupa kok saya gagal. Dari situlah saya belajar ternyata hal baik menurut kita belum tentu itu benar dimata Tuhan.
Saya rindu setiap anda yang membaca kisah saya ini, mulai melangkah pada level yang baru pengenalan akan Tuhan yaitu menghargai perasaan Tuhan. Ketika kita hanya ingin tahu pikiran dan kehendak Tuhan, maka kita cenderung egois sebab pikirian dan kehendak Tuhan, kebanyakan member ‘keuntungan’ tertentu bagi kita. Namun, bagaimana dengan perasaan Tuhan? Terkadang itu bukan berujung pada kepentingan kita tetapi kepentingan Tuhan. Untuk jadi mempelai Kristus diperlukan pengertian akan perasaan Tuhan. Siapkah anda untuk masuk pada level yang baru? *Hendri
Saya baru menyadari hari2 ini Tuhan sedang bawa saya pada sebuah level yang baru yaitu mengenal Perasaan Tuhan, ternyata sangat lembut. Dan mengapa banyak orang yang jarang sekali ingin tahu hal tersebut dikarenakan: ketika kita mencoba menyelami perasaan Tuhan, kita akan merasa tertuduh (secara rohani) ketika kita melakukan kehendak Tuhan. Sebab kita merasa bahwa apa yang kita lakukan (sekalipun itu baik menurut pandangan kita) ternyata melukai hati Tuhan. Dalam hal ini yaitu pribadi Roh Kudus yang lembut.
Beberapa waktu lalu Tuhan mengajar saya akan hal tersebut, saat suatu malam saya bermimpi sedang berada pada sebuah situasi ujian sekolah. Ketika membaca soal yang dibagikan (dalam mimpi saya), saya merasa sangat mudah sekali dan hanya mengoreskan bolpoin yang ada ditangan saya, maka semuanya beres. Ternyata sampai akhir ujian, dan waktunya habis, saya tidak bisa mengerjakannya. Aneh! Dan dikelas tersebut saya hanya menangis, mengapa soal segampang itu saja saya tidak bisa kerjakan.
Ketika saya terbangun (Rabu/ 26 Agustus 2009/ pagi), mimpi tersebut seolah2 mengejar saya. Lalu ada dorongan kuat dalam hati saya yang mengatakan bahwa: kamu sudah mengajarkan tentang mengenal perasaan Tuhan (waktu kotbah di Centro 23 Agustus 2009) sekarang kamu akan mengalami. Mendengar dorongan seperti itu saya langsung menyadari bahwa setiap kita berpikir lebih mudah mengetahui pikiran Tuhan dan kehendak Tuhan yaitu melalui membaca firman dan melalui orang lain yang diutus Tuhan menyatakan kehendakNya pada diri kita. Tapi bagaimana dengan mengerti perasaan Tuhan? Tidak ada cara lain keculai kita bergaul intim dengan Tuhan. Dan itu membutuhkan kerendahan hati dan waktu untuk terus connect dengan Tuhan. Itulah level yang baru.
Sama seperti mengerjakan soal yang menurut kita mudah, demikian pula dengan memahami perasaan Tuhan dengan lembutnya. Bukan perkara mudah, sebab lebih mudah kita melukai perasaan Roh Kudus dibandingkan dengan kita melukai perasaan orang2 disekitar kita. Ingat kisah Musa? Tuhan hanya menyuruh Musa berkata pada batu agar keluar air, tetapi yang dilakukan Musa ialah: memukul batu tersebut dengan tongkat, mengatai bangsa Israel, dan berkata: “Kami” (antara Musa dan Tuhan). Musa menganggap bahwa apa yang telah dia lakukan merupakan pekerjaan-nya (pribadi) dan Tuhan. Maka dari itu Tuhan marah kepada Musa karena dia melanggar kekudusan Tuhan. Mungkin kita berpikir, kan cumin perkataan saja, masak se-sensitif itukah Tuhan? Kalau level kita masih belajar mengerti pikiran dan kehendak Tuhan, maka itu menjadi hal biasa, tetapi ketika kita masuk pada level yang baru yaitu mengerti perasaan Tuhan, maka itu menjadi berbeda jauh. Musa dikatakan sebagai manusia yang memiliki hati paling lembut dibandingkan dengan orang kebanyakan dimuka bumi, ini berbicara masalah hati. Apa yang keluar dari mulut kita, merupakan hal yang ada dalam hati kita.
Ketika pulang dari Centro, saya juga ter-koreksi dengan apa yang saya kerjakan. Saya tahu bahwa segala hal yang saya lakukan tersebut merupakan kehendak Tuhan dan maunya Tuhan, tapi apa yang terjadi ketika saya melapor kepada Tuhan? Tuhan tunjukkan bagian2 tertentu dari apa yang saya kotbahkan, padahal itu seharusnya tidak saya katakan. Anehnya, hati saya bisa hancur dan memohon pengampunan Tuhan, saya merasa bersalah, mengapa tugas yang diberikan sedemikian rupa kok saya gagal. Dari situlah saya belajar ternyata hal baik menurut kita belum tentu itu benar dimata Tuhan.
Saya rindu setiap anda yang membaca kisah saya ini, mulai melangkah pada level yang baru pengenalan akan Tuhan yaitu menghargai perasaan Tuhan. Ketika kita hanya ingin tahu pikiran dan kehendak Tuhan, maka kita cenderung egois sebab pikirian dan kehendak Tuhan, kebanyakan member ‘keuntungan’ tertentu bagi kita. Namun, bagaimana dengan perasaan Tuhan? Terkadang itu bukan berujung pada kepentingan kita tetapi kepentingan Tuhan. Untuk jadi mempelai Kristus diperlukan pengertian akan perasaan Tuhan. Siapkah anda untuk masuk pada level yang baru? *Hendri