Selasa, 20 Juli 2010

MR LEE YANG DIBENCI, MR LEE YANG DIPUJI







Seorang warga negara Indonesia suatu ketika pergi ke Singapura untuk berlibur, untuk menempuh perjalanan dari bandara Singapura ke hotel, dia memanggil seorang sopir taxi untuk membantunya berangkat ke hotel. Berikut adalah sekilas percakapan antara orang Indonesia dengan sopir taxi tersebut selama perjalanan (in Indonesian language):



Indonesia: wah enak yah di Singapura
Taxi : yah begitulah
Indonesia : Saya sangat heran dengan situasi Singapura akhir-akhir ini, sangat luar biasa
Taxi : yah, semua tidak bisa dikerjakan dalam semalam, kami mengerjakannya sebagai bangsa yang kecil melalui kerja keras dan disiplin
Indonesia : saya tertarik dengan gaya hidup anda sebagai orang Singapura, apa yang mengubah Singapura menjadi sedemikian maju, bersih dan sangat berkualitas?
Taxi : saya akan bercerita secara pribadi kepada anda waktu pertama kali saya hidup si sini. Waktu terpilihnya perdana menteri pertama kami Mr Lee Kuan Yew , saya mungkin menjadi satu diantara ratusan ribu orang lainnya yang memprotes segala kebijakan beliau. Bagaimana tidak, kami orang china yang terbiasa dengan hidup yang mungkin agak kotor, harus menjadi orang yang rapi, bersih dan teratur. Sedikit saja membuat kesalahan kami akan mendapat hukuman dan denda. Saya berpikir pada waktu itu, beliau adalah sesama orang china namun gaya hidupnya sok bersih, sok tertib, dan sok teratur.... (diam sejenak)
Indonesia : lalu....
Taxi : tetapi apa yang saya pikirkan sangat berbeda untuk sekarang, sebab saya barumengerti apa yang dikerjakannnya beberapa tahun yang lalu, kami menuai untuk saat ini. Kami menjadi bangsa yang dihargai dan sangat diperhitungkan oleh dunia sekalipun kamu memiliki area yang kecil.
Indonesia : apa yang anda rasakan mengenai beliau?
Taxi : saya sangat mengakui bahwa beliau merupakan pemimpin besar kami yang membawa pada sebuah perubahan, kedisiplinan merupakan kunci utama kami menjadi bangsa yang diperhitungkan.



Waktu saya mendengar kisah tersebut, saya teringat dengan seseorang yang mengatakan bahwa orang Singapura jika berada diluar negaranya maka akan kembali di habitatnya. Saya berpikir mungkin benar. Tetapi minimal masih ada sebuah negara yang dengan begitu ketatnya menerapkan disiplin. Mungkin ketika pertama kali diterapkan akan sangat susah, membuat orang kepahitan, sakit hati, dan sebagainya. Tapi kita sebagai pemimpin harusmenyadari bahwa apa yang kita kerjakanmungkin bukan untuk saat ini tetapi untuk masa yang akan datang. Jika kita tidak memulainya sekarang maka kita akan tertinggal terus dan tidak akan pernah melakukannya.



Pertama kali saya menerapkan sebuah motto: No Late, banyak orang yang tidak setuju bahkan ada gereja lain yang ikut menyatakan kurang setuju dengan alasan nanti membuat sakit hati, kepahitan, jemaat masih belum dewasa, dan sebagainya. Sebab salah satu aplikasinya ialah jika seorang pelayan Tuhan terlambat 1 menit saja dari waktu yang dijadwalkan, maka hari itu dia tidak boleh melayani dan akan digantikan dengan yang lainnya. Dan itu semua menjadi pergumulan dan saya bukannya tidak mempertimbangkan itu, namun saya melihat apa yang sedang Tuhan lihat. Seorang murid sangat mutlak untuk memiliki kedisiplinan yang tinggi. Sekalipun banyak gereja lain masih suka dengan budaya molornya, tapi itu tidak berlaku di Youth Allah adalah Kasih, sebab sama seperti Singapura, gereja kami ingin menjadi ‘singapura’ nya bagi gereja-gereja di Surabaya. Saat gereja lain masih suka terlambat, kami tidak melakukannya lagi bahkan kami tetap bertahan dengan nilai itu dimanapun dan kapanpun. Disaat orang lain hanya melayani dengan kasih karunia tanpa profesionalitas yang tinggi, kami merindukan sebaliknya yaitu menggunakan kesempatan sebagai karunia dan melakukannya bukan dengan sembarangan.

Memang segala sesuatu yang bertentangan dengan kedagingan itu tidak enak, tetapi buah roh terakhir ialah penguasaan diri. Ini berbicara tentang level. Jika kita membaca buah roh pertama ialah kasih, namun di buah roh terakhir ialah penguasaan diri, artinya untuk pertama kali kita menerima Yesus, kita sangat nyaman dengan kata ‘kasih’ dan toleransi, namun seiring berjalannya waktu kita harus terus bertumbuh sampai buah terakhir dalam hidup kita muncul yaitu penguasaan diri (kedisiplinan). Toh apa yang sedang kita kerjakan di gereja, juga bermanfaat di tempat kita sekolah, kerja dan sebagainya. Itulah fungsinya ada pemimpin yang disiplin, tegas, dan keliatan ‘kejam’ dalam hal kedisiplinan. Bagaimana dengan gereja anda? Mari berlomba untuk menjadi nomor satu dalam hal kedisiplinan dan buktikan pada dunia bahwa kita benar-benar garam yang baik dan terang yang sesungguhnya.* Hendri

Tidak ada komentar: