Ketika saya memulai pelayanan membawakan firman Tuhan, saya mulai memasuki beberapa tikungan-tikungan rawan yang selama ini menjadi momok bagi para pengkotbah diantaranya:
1. Memilih antara pelayanan ditempat ‘besar’ dengan tempat yang ‘kecil’
2. Menerima Persembahan Kasih atau tidak.
3. Memposisikan diri sebagai hambaNya Tuhan atau artisNya Tuhan
Setidaknya ketiga hal utama diatas telah saya lalui dalam pelayanan saya dalam periode 3 tahun terakhir ini. Saya mencoba membagikan ini mengapa? Karena saya dulu berpikir sangat idealis,”masak banyak hamba Tuhan jatuh cuman karena begituan”, namun ketika saya masuk area pelayanan ini dan saya mulai melewati ‘tikungan’ seperti ini baru saya menyadari bahwa ini sangat nyata dan bisa menjatuhkan motivasi kita dengan mudah apalagi kalau sudah banyak tempat mengundang kita untuk melayani.
Pengalaman pertama, Memilih pelayanan di tempat ‘Besar” atai tempat “Kecil”.
Ketika saya makan di sebuah rumah makan di kawasan Sidoarjo, saya iseng menelpon seoranghamba Tuhan mentor saya untuk menanyakan masalah sekolah S2 yang bagus, cerita panjang lebar tersebut berujung pada diundangnya saya untuk melayani kotbah di gerejanya (ibadah umum) pada 27 Desember 2009 hari minggu. Karena saya berpikir saya bisa, maka saya mengiyakannya, kemudian dia menawarkan kembali bagaimana kalau Natal melayani sekalian, kan pasti ada pesan Tuhan, katanya. Saya berkata memang ada pesan tapi saya tanya Babe dulu (padahal dalam hati seneng setengah hidup). Tidak selang berapa lama, dia menelpon kembali dan menawarkan lagi, bagaimana kalau sekalian ibadah tutup tahun saja, saya langsing berpikir cepat, ada apa ini kok aneh dan baru pertama kali terjadi dalam hidup saya? Saya masih 24 tahun melayani ibadah umum yang nota bene nya orang2 yang sudah makan asam garam dunia.
Setelah itu saya langsung tanya Tuhan,”ini ada yang aneh kayaknya Tuhan, kok aku mbok suruh ngelani sebegitu banyaknya apalagi event gede-gede dan aneh-aneh...”. lalu Dia hanya berkata,”yang pahit jangan cepat-cepat dimuntahkan siapa tahu obat, yang manis jangan cepat-cepat ditelan siap tahu racun”. Mendengar itu saya ngerti maksud hatiNya, lalu saya berkata kepada hamba Tuhan yang menawari saya,”tante, sori saya cuman bisa melayani hari minggu 27 Desember 2009 itupun hanya pagi”. Dia bisa mengerti alasan yang saya kemukakan karena saya belajar jika undangan itu bukan dari Tuhan sekalipun yang mengundang gereja besar saya tidak berani ambil, daripada itungan dibelakang tambah gosong (hehehehe). Setelah melakukan penolakan itu saya merasa damai di hati, tapi saya baru inget, kenapa tadi tidak minta alasannya kepada Tuhan, lalu saya langsung tanya kepada Tuhan,”Lha aku nggak boleh ngelayani Natal ama Tutup Tahun itu kenapa to Tuhan?”. Dia berkata,”kalau kamu ngelayani dua event tersebut pasti kamu akan nguling karena kesombongan”. Ya ampun, ternyata Tuhan tahu apa yang akan terjadi dan memang ketika saya mendengar permintaan tersebut hati saya seneng setengah hidup dan itu kedagingan yang ingin terkenal. Maka dari itu saya belajar, mau persekutuan kecil kalau yang suruh Tuhan, saya pasti berangkat, kalau gereja besar, tapi Tuhan tidak kasih perintah saya tidak mau jalan.
Pengalaman kedua, Menerima Persembahan Kasih atau tidak.
Pertama saya melayani kotbah, saya disodori amplop dari gembala gereja setempat. Waktu itu saya menolak dengan alasan saya masih bekerja jadi biarkan Tuhan memberkati lewat pekerjaan saya. Itu beberapa bulan saya lakukan hal tersebut dengan alasan yang sama. Namun lama kelamaan ada yang tidak pas, Roh Kudus berkata,” mereka bisa diberkati karena memberkati kamu, jadi harus kamu terima, masalah urusan nanti disalurkan kemana tunggu komando saja”. Saya berpikir terus apa bener ini dari Tuhan. Beberapa hari kemudian, saya mendengar dari Pdt Timotius Arifin bahwa Persembahan kasih harus kita terima sebagai hamba Tuhan karena lewat itulah maka gereja tersebut diberkati. Ternyata sebegini pentingnya kita menerima persembahan kasih tersebut.
Sejak itu saya memutuskan untuk menerima setiap persembahan kasih, masalah nanti mau disalurkan ke mana terserah Tuhan. Suatu ketika saya melayani di Kaum muda di gereja pusat di Surabaya, setelah menyampaikan firman saya menerima Persembahan Kasih, tapi sebelumnya Tuhan sudah berpesan,”kalau kamu terima 300 ribu, nanti yang 100 ribu berikan kepada si X”. Saya bilang,”OK”. Ternyata waktu saya diberi dan saya membukanya waktu dimobil, tepat seperti yang Tuhan bilang, padahal itu pertama kali saya melayani di tempat itu, dan saya melakukan tepat seperti yang Dia minta plus saya sisihkan untuk perpuluhan. Dan yang perlu kita berhati-hati, jangan sampai kita terikat dan memiliki motivasi tidak benar yaitu melayani hanya agar mendapat Persembahan Kasih!
Pengalaman ketiga, Memposisikan diri sebagai HambaNya Tuhan atau artisNya Tuhan.
Sering kita melihat setiap pendeta yang diundang, datangnya molor, waktu puian penyembahan tidak ikut, sok sibuk membolak balik alkitab untuk memperlihatkan bahwa dia sedang menyiapkan kotbah? Saya berani berkata: Itu semua contoh yang salah! Mengapa saya berani bilang, karena Tuhan sendiri yang bicara waktu saya melakukan hal tersebut. Waktu penyembahan saya tidak mengikutinya, malah sibuk dengan laptop saya untuk menyiapkan kotbah, lalau Tuhan bertanya,”apa lebih terhormat berkotbah daripada menyembah?” waduh...waduh... ternyata saya telah terkena syndrome ‘keartisan’ pendeta.
Ini yang Tuhan tidak suka! Sejak itu, saya mengubah sikap saya, saya tidak mau dengan sengaja ‘menelatkan’ diri agar orang menunggu saya, menyambut saya, melihat saya ketika saya berjalan di kursi bagian depan layaknya artis, kalau telat mending duduk di belakang daripada mengganggu ibadah.
Suatu ketika saya telat datang ke sebuah gereja di sidoarjo, setahu saya ibadah mereka 18.00 wib, tapi hari itu karena hujan dan banyak kendaraan, saya baru keluar dari Surabaya jam 17.50 Wib, pasti telat, pikir saya. Saya hanya berdoa, “Tuhan sekali ini saja, saya ingin menyembah dari awal, nanti Kamu dateng diawal aku terlambat jadinya gimana....”. saya terus mengendarai kendaraan saya dan berharap Tuhan mengubah susunan acara gimanapun caranya saya tidak tahu, ketika saya mendekati gereja tersebut ternyata sudah jam 18.24 wib, tepat pada jam tersebut ada sms masuk dari pengurus gereja tersebut bahwa ibadah dimulai jam 18.30 wib. Waduh saya merasa lega dan bersyukur atas apa yang Tuhan berikan ini merupakan kesempatan yang Tuhan beri, asal kita memiliki kerinduan menyembah. Ingat Tuhan tidak pernah mencari Pengkotbah tapi Penyembah. Jadilah penyembah sebelum berkotbah. GBU!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar