Selasa, 09 Februari 2010

MEMIMPIN DENGAN HATI

Ketika saya sedang menuliskan artikel kali ini, saya dalam keadaan berdebat-debar, ‘empot-empotan’, dan penuh dengan penasaran. Bukan karena alasan apapun kecuali satu hal yaitu, dalam rapat kepengurusan kaum muda pada tahun 2010 ini, kami melahirkan sebuah kebijakan yang mungkin bagi sebagaian orang dianggap tidak populer, tidak maju, kuno, nggak moderen ‘blas’, yaitu sebuah keputusan tentang tata cara pemilihan ketua kaum muda gereja kami yang baru. Jika pada tahun-tahun sebelumnya dan mundur pada tahun yang lebih lama lagi, tata cara yang kami pakai biasanya menggunakan tata cara pemilihan secara demokrasi (yang akhirnya banyak demo-demo...hehehehe), dan yang memilih biasanya kalangan pelayan dan pengurus kaum muda, dan kriteria yang digunakan biasanya sangat umum untuk memilih seorang pemimpin yaitu: Memiliki leadership skill yang kuat, dewasa rohani, melayani Tuhan, rajin beribadah, dan berhubungan baik dengan semua orang. Itulah kriteria-kriteria dan tata cara pemilihan ketua kaum muda kami yang lama. Namun pada tahun ini ada banyak hal yang mendasar dalam pemilihan ketua, tidak lagi menggunakan demokrasi namun kembali kepada firman Tuhan yaitu THEOKRASI (pemilihan dari Tuhan secara langsung), yang yang melakukan pemilihan ialah gembala kami Tante Erna yang kebetulan juga dikaruniakan karunia kenabian dan nubuatan. Sama seperti ketika Tuhan memilih Daud menjadi raja melalui Nabi Samuel, kami juga mengembalikan porsi pemilihan sesuai firman Tuhan yaitu membiarkan Tuhan sendiri yang memilih melalui nabiNya.
Memang terbesit sebuah pemikiran, bagaimana jika yang terpilih nanti jemaat biasa yang tidak diperhitungkan, no leadership skill, dan tidak pernah muncul di permukaan? Itulah yang kami inginkan! Bukankah Daud merupakan figur yang tidak diperhitungkan oleh keluarga bahkan nabi Samuel sendiri? Bahkan Daud tidak pernah menonjol dalam peperangan? (karena memang nggak pernah perang), dan Daud juga tidak menonjol dalam hal pemerintahan? Dan yang luar biasa, Daud masih sangat muda ketika Tuhan memilihnya. Itulah semua hal yang besar yang ingin kami lihat dari pemilihan ketua baru di kaum muda kami, kami memilih kata Tuhan daripada kata manusia yang melihat segala sesuatu melalui prestasi kemanusiaan dan cenderung mengabaikan tangan Tuhan yang mengerjakannya. Disaat-saat seperti inilah muncul yang dinamakan tokoh yang tidak masuk hitungan, sehingga genaplah nats yang berkata “yang lemah dipakai untuk mempermalukan yang kuat dan yang terlihat bodoh bagi dunia dipakai untuk mempermalukan apa yang bijaksana bagi dunia”. Kami sedang menantikan Tuhan menyatakan kuasanya pada sebuah ‘bejana kosong’ yang siap diisi dengan kemuliaanNya sendiri dan memimpin kami kepada rencana dan panggilan Tuhan dalam kehidupan kita. Apa yang kami bagikan ini, kiranya dapat menginspirasi dan membuat kita kembali berpikir ulang akan pemilihan sebuah kepemimpinan di gereja-gereja Tuhan saat ini, misalkan saja, jika ada seorang pengusaha sukses, akan lebih mudah menjadi seorang gembala sidang, dibandingkan dengan seorang pendoa sederhana dan tulus hati dalam melayani Tuhan.
Pernah suatu saat, ketika terjadi pemilihan ketua untuk ibadah remaja kami di Madiun, ternyata suara terbanyak menuju pada seorang yang sederhana, tidak neko-neko, terkesan lambat mengambil semua keputusan, dicaci makipun tidak membalas. Saya sebagai bawahannya terkadang merasa jengkel dan ‘gemas’ melihat sikap ketua kami yang satu ini, masak dituduh macam-macam (misal: merusakkan kabel mix untuk ibadah) tidak juga membalas, malah senyum-senyum saja dan malahan meminta maaf. Dalam kejengkelan saya, sempat terucap kata dalam hati,”kalau jadi saya, saya akan keluar saja!”.
Namun beberapa hari kemudian barulah mata saya terbuka ketika dia (seingat saya) mensharingkan tentang kepemimpinannya dan keterpilihannya menjadi ketua remaja waktu itu. Dia berkara beberapa hal:
Pertama, dia menyadari bahwa Tuhan yang memilih dia, karena dia tidak memiliki kemampuan sama sekali dalam hal kepemimpinan.
Kedua, karena dia menyadari bahwa itu anugerah, maka itu bukanlah sebuah posisi yang mati-matian harus dipertahankan demi gengsi, maka dari itu dia hanya diam saja ketika orang lain mengkritik apa yang diperbuatnya.
Ketiga, seperti Musa yang untuk pertama kali menolak panggilan Tuhan karena merasa tak fasih lidah demikian pula dia. Tapi Musa memiliki kelembutan hati, ini tidak berbicara gerakan tubuh yang lemah gemulai namun ini lebih berbicara tentang ketergantungannya kepada Tuhan yang menuntun dia keluar dari Mesir.
Ketika ketua remaja saya ini menyampaikan ketiga hal tersebut, saya tersadar satu hal bahwa kita dipilih karena sebuah anugerah! Dan Tuhan memilih kita dengan sebuah alasan yaitu DIA INGIN MEMILIH KITA! Hanya itulah alasan Dia memilih kita!
Yesuspun mengajarkan kepada kita bahwa Dia meninggalkan kemuliaanNya dan mengosongkan diri untuk menjadi serupa dengan manusia bahkan rela mati sampai di kayu salib. Semua dilakukanNya untuk sebuah kepemimpinan atas kerajaanNya sendiri. Yesus tidak membangun kerajaanNya tidak diatas darah orang lain seperti yang dilakukan oleh nabi-nabi lain, jendral-jendral dunia, raja-raja dunia, dan penguasa-penguasa dunia, namun Dia membangunNya dengan darahNya sendiri.
Ketika mendengar itu semua, mata saya menjadi terbuka dan sekejab melihat beberapa sisi dari beberapa pemimpin di alkitab, ketika mereka ada pada jabatannya, dan mereka harus memilih antara mempertahankan gengsi dengan tetap menjaga kelemahlembutan hati mereka dihadapan Tuhan. Mereka yang menjaga hal kedua yaitu tetap menjaga kelembutan hatinya, maka hidupnya akan langgeng. Sebut saja:
Musa, ketika dia menikah dengan orang Kuzy, Miriam dan Harun memaki-maki Musa, namun reaksi Musa hanya diam. Sampai-sampai Tuhan tak tega melihat Musa diperlakukan demikian, Dia mengambil tindakan dengan menulahi Harun dan Miriam dengan kusta. Namun yang terkena hanya Miriam karena Harus mengenakan pakaian imam besarnya.
Daud, ketika Ziglag terbakar dan istri, anak, harta, dan ternak dijarah musuh, bahkan rakyat memaki-maki dia dan hampir melemparinya dengan batu, maka reaksi Daud hanya diam dan bertanya kepada Tuhan apa yang harus dikerjakannya. Dan Tuhan berkata agara Daud mengejar musuh dan membawa kembali jarahan mereka. Dan akhirnya Tuhan melakukan tepat seperti yang difirmankannya kepada Daud.
Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh pemimpin yang dipakai Tuhan dalam firman Tuhan, mereka telah membuktikan bahwa mereka telah memiliki sebuah model kepemimpinan yang baru yaitu Memimpin dengan Hati. Seorang pemimpin yang lahir dari hati Tuhan dan dipilih sendiri oleh Tuhan, pasti memiliki hati dalam memimpin umatNya. Selamat menantikan pemimpin yang memimpin dengan hati!

Tidak ada komentar: