Rabu, 08 Oktober 2008

BERADA DI PUNCAK


Pada zaman kerajaan-kerajaan di Cina, sejarah kekuasaan sering diwarnai dengan kekejaman demi kekejaman. Ini juga tidak jauh berbeda dengan sejarah kerajaan di Nusantara yang dipenuhi konflik dan intrik antar pemegang kekuasaan. Kemenangan dan kekuasaan sering dipakai untuk melampiaskan dendam yang begitu keji. Dan sudah pasti, membalas dendam selalu berarti menciptakan dendam-dendam baru yang tak berkesudahan.
Untuk kesekian kalinya, kita harus ingat bahwa kekerasan akan melahirkan kekerasan baru. Pelampiasan dendam akan memunculkan dendam baru yang tak kalah keji.
Mungkin sudah menjadi sifat manusia yang gampang sekali mabuk kekuasaan. Mengalahkan atau menaklukkan musuh dianggap sebagai pintu untuk berbuat apa saja, sekehendak hati dan tanpa mengenal batas. Sekalipun perbuatan tersebut telah melanggar batas-batas moral dan perikemanusiaan. Titah penguasa di puncak kekuasaan tak bisa dibantah oleh siapa pun, sekalipun bantahan itu mengandung kebenaran. Kita, seharusnya bisa mengambil hikmah dari sejarah kelam masa silam ini.
Dalam kehidupan nyata kita dapati yang namanya kesuksesan, nama besar, popularitas, atau kekayaan. Melalui perjuangan yang gigih, siapa pun bisa meraih hal-hal yang sangat menggoda itu. Tetapi harus diingat, sama seperti sifat kekuasaan, maka kesuksesan, nama besar, popularitas, maupun kekayaan itu sifatnya seperti pedang bermata dua. Bisa membawa kebaikan, tetapi bisa pula membawa petaka bagi mereka yang memilikinya. Semua itu tergantung pada kualitas mental orang tersebut.
Kita ambil contoh saat Myke Tyson berada di puncak kejayaannya. Sayang sekali, kesuksesan yang diraihnya dengan pengeorbanan yang besar, tidak diimbangi dengan kualitas mental. Yaitu mental kaya yang semestinya dimiliki oleh olahragawan besar sepertinya. Akhirnya, Myke Tyson terperosok dalam kasus-kasus yang menyulitkan hidupnya, sekaligus memudarkan nama besar yang pernah digenggamnya.
Ini berbeda sekali misalnya dengan Michael Jordan. Nama besar dan kesuksesannya makin berkilau berkat kualitas mental yang sehat dan mengagumkan. Prestasi dan prinsip-prinsip hidup yang dianutnya menjadikannya sebagai olahragawan besar yang diteladani. Menjadi sumber motivasi dan inspirasi banyak orang terutama generasi muda.
Sukses, nama besar, dan kekuasaan politik disikapi secara berbeda menurut kualitas mental yang dimiliki seseorang. Bagi mereka yang bermental miskin, kekuasaan, sukses, dan nama besar bisa membuatnya lupa diri, sombong, paranoid, atau penyakit-penyakit mental lainnya. Tetapi bagi mereka yang bermental kaya, kekuasaan, sukses, dan nama besar disikapi sebagai sesuatu yang tidak abadi. Sebab itu, mereka menggunakannya untuk menciptakan lebih banyak kebaikan, yang mendatangkan inspirasi dan motivasi bagi orang lain, untuk melakukan hal yang sama.

Tidak ada komentar: