Rabu, 08 Oktober 2008

COACH YOURSELF


Memang tidak gampang menjadi seorang guru, apalagi menjadi guru bagi diri sendiri. Sampai saat ini, terutama di Indonesia, banyak orang yang tidak menghargai pekerjaan seorang guru karena satu dan lain hal, antara lain karena penghargaan finansial yang rendah. Sangat disayangkan sekali karena sebenarnya pekerjaan seorang guru itu lebih dari sekedar mulia.
Intinya, apa yang dikerjakan seorang guru sesungguhya adalah suatu proses yang setiap orang pasti lakukan dan terapkan pula pada dirinya sendiri. Proses yang baik akan menghasilkan output yang baik, proses yang tidak baik akan menghasilkan output yang tidak baik pula.
Sebelum kita membahas apa yang dimaksud dengan “menjadi guru bagi diri sendiri” dan “coach yourself,” mari kita telaah sebenarnya profesi apa saja yang sebenarnya adalah metamorfosa dari profesi ini. Mungkin Anda tidak menyadari bahwa Anda sendiri pun adalah seorang “guru.” Bagaimana mungkin?
Seorang salesman pun sebenarnya adalah seorang guru, paling tidak bagi customer dan diri sendiri serta fellow workers yang memerlukan informasi produk darinya. Seorang eksekutif pun sebenarnya adalah seorang guru. Dalam melakukan negosiasi dan presentasi, misalnya, ia perlu dengan jelas, jujur dan gamblang menggambarkan keadaan yang sebenarnya akan apa yang diajukan di muka umum.
Lantas, apa yang dimaksud dengan “coach yourself” dan “menjadi guru bagi diri sendiri?” Pertama, seorang “coach” adalah seseorang yang membantu memperjelas arah jalan dan bagaimana mencapai tujuan. Dengan berbagai cara, strategi dan tip, seorang coach berusaha meningkatkan awareness akan kesempatan-kesempatan yang ada untuk dicapai dalam timeframe tertentu.
Lantas dengan menjadi coach bagi diri sendiri, ini adalah kesempatan Anda untuk mencari jalan dengan meningkatkan awareness akan segala kemungkinan, kesempatan dan strategi. Misalnya saja, seorang mahasiswa yang baru lulus kuliah. Janganlah Anda “memakai kacamata kuda” dengan tanpa kritisisme sama sekali. Seorang lulusan marketing, misalnya, tidak perlu terpaku akan pekerjaan-pekerjaan marketing dan sales saja, karena sebenarnya marketing adalah bidang yang luas. Demikian luasnya sehingga sebenarnya anda sendiri pun adalah “barang dagangan.”
Mengapa Anda tidak menciptakan suatu “image” alias “merekdagang” mengenai diri Anda sendiri? Misalnya, si Susan adalah seorang fresh graduate sarjana pemasaran dari suatu universitas swasta. Namun, karena kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang ini, ia hendak mencoba melakukan bisnis.
Bisnis apa? Pertama-tama, buatlah inventaris kelebihan diri sendiri dan fokuskan hal ini supaya skills dan talenta di bidang ini ditingkatkan semaksimal mungkin dengan berbagai cara. Lantas, pengetahuan pemasarannya bisa digunakan untuk memperkenalkan produk atau jasa yang sesuai dengan “image” alias “merek dagang” yang hendak ditawarkan ke pasar.
Ingat untuk selalu tahu ke mana arah yang dituju.
Kedua “menjadi guru bagi diri sendiri.” Anda hendaknya mengenal kekurangan diri sendiri dan memfokuskannya ke tujuan yang akan dicapai. Bayangkan jika Anda adalah seorang guru, apa yang akan Anda lakukan untuk membantu murid Anda (yang nota bene adalah diri Anda sendiri) supaya tujuannya bisa dicapai dalam waktu yang telah ditentukan?
Jelas, Anda perlu membuat lesson plan, sebagaimana seorang guru mempersiapkan pelajaran-pelajaran bagi murid-muridnya. Lesson plan itu sendiri terdiri dari obyektif yang diharapkan untuk dicapai dalam “kelas” tersebut yang perlu diselesaikan dalam timeframe tertentu. Selain itu, lesson plan juga terdiri dari beberapa poin yang dikenal sebagai steps (langkah-langkah).
Contoh obyektif, misalnya, mencapai penghasilan 20 juta Rupiah dalam satu bulan. Steps atau langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai ini adalah dengan menjual produk dengan omzet satu juta Rupiah per hari, yang
berarti perlu menjual 100 ribu Rupiah per jam (asumsi 10 jam kerja per hari). Bagaimana
mencapai hasil ini? Anda sendiri yang bisa menjawab, mungkin dengan berusaha meningkatkan daya tarik produk dan jasa Anda, serta lain-lainnya.
Intinya, sebagai seorang coach dan guru bagi diri sendiri, Anda perlu mengenal diri sendiri, segala kelebihan dan kekurangannya, lantas, stick to the plan dengan menjalankan tahap demi tahap dalam hitungan waktu yang bisa dikuantifikasikan. Run your life as a business. Jalankan hidup Anda sebagai bisnis, Anda pasti berhasil.
Now, siapa bilang profesi seorang guru itu monoton dan tidak menghasilkan? Anda sendiri pun adalah seorang guru bagi diri Anda sendiri, jadi janganlah kita mengecilkan arti kata “seorang guru.”
* Jennie S. Bev adalah edukator, penulis, konsultan dan penerbit berbasis di San Francisco Bay Area. Ia telah menerbitkan lebih dari 40 buku dan 900 artikel di manca negara. Baca perjuangan hidup dan prestasinya di JennieSBev.com.

Tidak ada komentar: