Kamis, 23 Oktober 2008

BERPIKIR SEPERTI MILYUNER


Ketika satu mobil dari Ritch Palace ke Embong Sawo, Pak Hanny pernah berkata kepadaku, “Untuk menjadi orang kaya, kita harus kaya lebih dulu.” Apa maksudnya? Orang kaya—karena memiliki banyak uang—bisa berinvestasi banyak sehingga menghasilkan keuntungan yang banyak juga. Sebaliknya, orang miskin—karena uang yang sangat mepet—tidak bisa berinvestasi sama sekali. Dengan demikian, jurang antara si kaya dan si miskin semakin dalam sehingga susah dijembatani.
Saat berkhotbah di Maranatha Book Store dan Maranatha Krista Media, saya menemukan buku baru berjudul Think Like A Billionaire Become A Billionare karya Scott Anderson. Scott, seorang anak Tuhan, memakai Amsal 23:7 sebagai thesisnya: “Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia” (Amsal 23:7). Di dalam bahasa Inggris kata membuat perhitungan diterjemahkan “think” alias berpikir. Jika kita berpikir bahwa kita bisa kaya, maka kita bisa kaya. Kira-kira begitulah.
Scott Anderson menghabiskan ratusan jam untuk membaca buku-buku dan mendengar CD tentang investasi dan menemukan bahwa orang kaya berpikir berbeda dengan orang kebanyakan. Apa sih bedanya? Ada tujuh area yang disikapi secara berbeda antara orang kaya dan yang tidak. Inilah ringkasannya.
1. Kita amat kreatif di dalam menghabiskan uang, sedangkan orang kaya kreatif di dalam menginvestasikan uangnya. Saya pernah mendengar ada seorang yang mendapatkan warisan berkilo-kilo emas, tetapi habis di dalam waktu singkat.
2. Kita amat sedikit di dalam berinvestasi, sedangkan orang kaya menyadari bahwa untuk menjadi lebih kaya lagi mereka harus berinvestasi. Seringkali kita tidak berinvestasi bukan karena kekurangan uang tetapi karena tidak bisa membuat prioritas yang baik.3. Kita berpikir bahwa dengan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sekarang, kita akan menjadi orang kaya, sedangkan orang kaya menyadari bahwa investasilah—bukan pekerjaan—yang membuat
mereka semakin kaya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa semakin tinggi jabatan kita di dalam pekerjaan, semakin banyak juga uang yang kita habiskan.
4. Kita cenderung menghindari risiko karena takut gagal, sedangkan orang kaya justru sadar sepenuhnya bahwa jika mereka tidak mengambil risiko berarti mereka sudah gagal.
5. Kita cenderung menghindari masalah, sedangkan orang kaya justru memandang masalah sebagai kesempatan yang bisa memberikan peluang yang besar untuk menjadi lebih kaya. Hanya orang yang berani menghadapi masalah yang justru mendapat kesempatan.
6. Kita mempersiapkan hari ini hanya untuk hari ini, sedangkan orang kaya mempersiapkan hari ini untuk hari esok. Warren Buffet bahkan sudah mulai mempersiapkan masa depannya dengan berinvestasi sejak umur 12 tahun.
7. Kita cenderung kreatif di dalam menghabiskan waktu kita, sedangkan orang kaya selalu memandang waktu sebagai aset mereka yang paling berharga. Ketika masih tinggal di Jogja, saya ingin mewawancarai Mochtar Ryadi. Coba tebak jam berapa saya diterima? Jam 1 dini hari. Setelah selesai, saya melihat banyak orang berdasi menunggu pemilik kelompok Lippo group ini untuk mengadakan rapat.
Scott Anderson mengajak kita untuk berpikir seperti seorang milyuner. Firman Tuhan mengajak kita untuk berpikir, bersikap dan bertindak sebagai seorang anak raja. “ Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Petrus 2:9). Oke?

Tidak ada komentar: