Senin, 13 September 2010

MELESET, NAIKLAH KE GUNUNG TUHAN

Seekor burung rajawali memiliki siklus hidup yang unik dibandingkan dengan binatang lainnya, salah satunya ialah siklus pergantian bulu, cakar dan paruhnya. Ketika rajawali memiliki bagian-bagian tubuh yang lengkap, dia dengan sangat mudahnya menangkap mangsa tanpa meleset sedikitpun, kombinasi dari bulu yang sangat aerodinamik, cakar yang sangat tajam dan kuat mencengkram mangsa, dan paruh yang tajam dan kuat untuk merobek mangsanya, membuat rajawali yang sempurna ini mendapatkan apa yang dia inginkan. Namun apa yang terjadi jika ketiga elemen tersebut digunakan terus menerus?
Rajawali tersebut tidak lagi bisa terbang dengan baik karena kemampuan aerodinamik dari bulunya mulai menurun sehingga dia tidak dapat terbang dengan nyaman dan sempurna, cakar yang digunakan mulai tumpul dan tidak terlalu kuat dan paruhnya pun pulai rapuh dan tidak bisa merobek mangsa dengan baik. Disaat seperti itulah maka setiap mangsa yang diincarnya akan meleset. Demikian pula dengan kehidupan kerohanian kita, disaat kita mulai ‘tajam-tajamnya’ melayani Tuhan, mendengar suara Tuhan, sibuk dengan berbagai pelayanan, kita dapat dengan mudah melayani progress/ kenaikkan dalam pelayanan. Namun apa yang terjadi jika kita terlalu sibuk pelayanan? Kita akan mengalami penurunan kualitas pelayanan, kita kurang peka mendengar suara Tuhan, kita sering membuat kesalahan dalam pelayanan karena hal yang rutin saja yang kita kerjakan, kita kurang tajam mengerti isi hati Tuhan. Ketika kita mengalami itu, maka pelayanan kita akan meleset. Taukah kita, arti kata dari dosa yang
sebenarnya ialah “meleset dari sasaran”, ketika kita tidak lagi tajam dalam melayani, maka kita sedang melakukan dosa, ketika kita meleset melakukan kehendak Tuhan maka disaat itulah kita jatuh dalam dosa. Berapa banyak kita sering mendengar banyak hamba Tuhan hebat jatuh dalam berbagai dosa karena terlalu sibuk melayani? Kepekaan akan suara Tuhan akan sangat mempengaruhi mereka dalam kepekaan terhadap suara Tuhan.
Lalu apa yang harus dilakukan? Sama seperti yang dilakukan rajawali, maka kita harus melakukan hal yang sama. Rajawali yang mulai menyadari bahwa ketajamannya berkurang, maka dia akan naik terbang tinggi kesebuah bukit yang tidak bisa dijangkau oleh seekor makhluk sekalipun. Disanalah dia berbulan-bulan berdiam diri untuk menggaruk-garuk cakarnya kepada batu bukit yang keras sehingga patah, dia akan emmatuk-matukkan paruhnya ke batu yang keras agar patah, dan dia terus menggoyang tubuhnya agar bulu-bulu yang lama itu rontok. Dan hari itu, dia menjadi rajawali yang paling buruk. Namun setelah beberapa bulan kemudian, dia menjadi rajawali yang sempurna karena setiap bagian tubuhnya bertumbuh terus dengan sempurna.
Hal yang sama harus kita kerjakan jika kita merasa kurang tajam, naikkah ke gunung Tuhan ke dalam hadirat Tuhan. Ditempat itulah iblis tidak bisa menyentuh kita, ditempat itulah kita mengalami perlindungan Tuhan dan ditempat itulah kita mengalami pemulihan bagi jiwa dan kerohanian kita. Hanya dalam hadiratNya, kita mengalami pemulihan dan kembali dipertajam. GBU
*Hendri (YOUTODAY)

Tidak ada komentar: