Kalau kita tanya beberapa orang yang beribadah kegereja pada hari sabtu atau minggu, mengapa mereka beribadah? Biasanya jawabannya beragam, misalnya untuk mencari jodoh, biar toko laris, usaha lancar, studi kelar, dapet pekerjaan, dan sebagainya. Jarang kita temukan orang yang menjawab karena cinta Tuhannya. Rasanya sangat jarang jawaban tersebut. Bahkan doktrin perpuluhan juga disalahgunakan dibeberapa gereja sehingga jemaat juga punya konsep dan hati yang salah kaprah. Missal tanya saja, mengapa ngasih perpuluhan? Beberapa menjawab, biar dikembalikan berlipatkali ganda, kalau nggak ngasih nanti kena sial, masuk neraka, dan sebagainya.
Yang menjadi perenungan, model seperti itu apakah masih membuat gereja sebagai Rumah Tuhan atau malah kayak Gunung Kawi? Kalau kita tanya orang2 yang pergi ke gunung Kawi, mesti jawaban mereka sama dengan jawaban jemaat kita hari2 ini, lha apakah wajak orang Kristen seperti dukun? Tapi memang kayaknya gereja harus mengalami redirection atau pengarahan ulang tentang pengajaran dan kekristenan mereka, bayangkan hari-hari ini banyak orang Kristen suka dengan hal2 yang berbau mistik seperti kesembuhan melalui sapu tangan, tissue, dan sebagainya. Rasanya hal supranatural tersebut menjadi pelarian utama ditengah-tengah jenuh nya kekristenan hari2 ini.
Bangsa Indonesia memang dikenal sebagai bangsa yang suka ‘klenikan’ atau percaya hal2 mistis, tetapi apakah gereja juga menjadi sama dengan dunia yang didiami? Rasanya hari2 ini orang Kristen mencari Tuhan selalu saja ada kepentingan dan bukan ketulusan dan kerinduan akan Tuhan. Mari belajar dari Daud, dalam kesesakan yang dia alami, dalam kebutuhan yang harus sipenuhi, dia selalu mencari Tuhan atas dasar kerinduan bahwa Tuhan mengasihi dia. Bahkan dalam Maz 23 menyatakan diakhir doanya, Daud menyatakan dari kesemua hal yang Tuhan lakukan dalam kehidupannya, final purpose (tujuan akhirnya0 ialah diam dirumah Tuhan sepanjang masa ( bukannya diam dirumah Tuhan untuk minta2 sepanjang masa). Maukah kita mulai memperbaiki mentalitas yang rusak dan kembali pada firmna Tuhan? Ingat, kalau gereja masih punya mentalitas pengemis maka tidak ubahnya gereja menjadi Gunung Kawi ke 2 yang ada dimana-mana!
Yang menjadi perenungan, model seperti itu apakah masih membuat gereja sebagai Rumah Tuhan atau malah kayak Gunung Kawi? Kalau kita tanya orang2 yang pergi ke gunung Kawi, mesti jawaban mereka sama dengan jawaban jemaat kita hari2 ini, lha apakah wajak orang Kristen seperti dukun? Tapi memang kayaknya gereja harus mengalami redirection atau pengarahan ulang tentang pengajaran dan kekristenan mereka, bayangkan hari-hari ini banyak orang Kristen suka dengan hal2 yang berbau mistik seperti kesembuhan melalui sapu tangan, tissue, dan sebagainya. Rasanya hal supranatural tersebut menjadi pelarian utama ditengah-tengah jenuh nya kekristenan hari2 ini.
Bangsa Indonesia memang dikenal sebagai bangsa yang suka ‘klenikan’ atau percaya hal2 mistis, tetapi apakah gereja juga menjadi sama dengan dunia yang didiami? Rasanya hari2 ini orang Kristen mencari Tuhan selalu saja ada kepentingan dan bukan ketulusan dan kerinduan akan Tuhan. Mari belajar dari Daud, dalam kesesakan yang dia alami, dalam kebutuhan yang harus sipenuhi, dia selalu mencari Tuhan atas dasar kerinduan bahwa Tuhan mengasihi dia. Bahkan dalam Maz 23 menyatakan diakhir doanya, Daud menyatakan dari kesemua hal yang Tuhan lakukan dalam kehidupannya, final purpose (tujuan akhirnya0 ialah diam dirumah Tuhan sepanjang masa ( bukannya diam dirumah Tuhan untuk minta2 sepanjang masa). Maukah kita mulai memperbaiki mentalitas yang rusak dan kembali pada firmna Tuhan? Ingat, kalau gereja masih punya mentalitas pengemis maka tidak ubahnya gereja menjadi Gunung Kawi ke 2 yang ada dimana-mana!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar