GARIS AKHIR?
Banyak orang beranggapan bahwa garis akhir merupakan sebuah pintu dimana kita bertemu Tuhan (face to face) alias kematian, padahal kalau kita melihat dari surat yang dikatakan oleh Rasul Paulus tentang dirinya sendiri : “aku telah menyelesaikan pertandingan dan aku telah menyelesaikan garis akhir”, sebetulnya dia belum mati pada waktu menuliskan pernyataan itu (walaupun toh akhirnya dia mati juga). Lalu sebenarnya apakah garis akhir itu? Garis akhir dalam kehidupan manusia ialah sebuah akhir dari penggenapan Visi atau rencana Allah dalam kehidupan kita dan bukan kematian. Banyak kita melihat batu nisan di pekuburan orang Kristen yang bertuliskan sama dengan apa yang dikatakan oleh rasul Paulus, padahal dalam kehidupan mereka, mereka memanfaatkannya dengan tidak bijak apalagi tidak sesuai dengan Roh Kudus inginkan.
Memang tidaklah semudah kita berkata bahwa kita telah mencapai garis akhir dalam kehidupan kita karena tanpa bergaul dengan Tuhan maka kita tidak akan pernah tahu dimana garis akhir kita. Celakanya, banyak orang yang selama hidup didunia melakukan pelayanan ini dan itu bahkan menjadi orang paling rajin digereja sekalipun bahkan yang berkarunia luarbiasa toh akhirnya mereka tidak mengakhiri pertandingan dengan benar. Lalu bagaimana sebenarnya kunci agar kita bisa mencapai garis akhir? Coba baca dalam Mazmur 16:7 : Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Hanya dengan bergaul dengan Tuhanlah maka kita dapat mencapai garis akhir, waktu kita menyimpang maka Tuhan akan menasehati kita/ mengajar kita bagaimana kita berada dalam sebuah jalur yang benar menuju garis akhir. Selamat berjuang!
KETERIKATAN HARTA
Musuh utama kita untuk mencapai garis akhir ialah keterikatan akan sesuatu. Apapun itu, semua hal yang berasal dari dunia ini yang kita mengasihi lebih dari apapun pasti akan mengikat kita. Dan hukum Tuhan ialah ketika kita terikat pada sesuatu yang ada didunia tidak terkecuali berkat Tuhan sendiri maka akan menjadi penghalang besar untuk mencapai garis akhir. Coba saudara bayangkan, apakah ada seorang pelari yang berlari dengan membawa tas ransel berisi barang-barang kepunyaannya? Pasti akan sangat membebani dia bukan? Sama dengan kehidupan kita yang masih terikat dengan harta duniawi (keluarga, uang, dsb), demikian pula maka kita akan gagal mencapai garis akhir. Saya akan tunjukkan kepada saudara mengapa Tuhan tidak memberkati orang sesuai dengan keinginan mereka tetapi seusai kehendak Tuhan sendiri, coba baca dalam Yohanes 6 : 11 “Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.” Suatu tawaran yang sangat ironis sekali dari Tuhan tentang mujizat 5 roti dan 2 ikan yang dilakukannya kepada ribuan orang yang mengikuti Dia yaitu Tuhan berkata agar murid-murid membagikannya sesuai dengan yang mereka kehendaki. Apa jadinya jika Tuhan berkata kepada kita bahwa kita akan diberi uang dan kita boleh minta sebanyak yang kita kehendaki? Berapa banyak yang kita minta?
Tetapi itulah Tuhan kita, Ia memberikan semua yang kita perlukan dalam kehidupan kita. Tapi, apa yang terjadi kemudian setelah Yesus memberikan statement seperti itu kepada mereka? Coba lihat kisah selanjutnya dalam Lukas 6 : 24 “Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid- Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus”. Luar biasa bukan respon mereka? Yah, mereka merasa kehilangan Yesus dan mereka berusaha mencarinya. Inilah yang sebenarnya Tuhan cari dalam kehidupan kita, yaitu kita mencari Tuhan dengan segenap hati. Tetapi dalam kisah tersebut akan menjadi lain ceritanya karena ternyata mereka ketahuan motivasi mereka ikut Tuhan, coba buka lagi dalam Lukas 6 : 25- 27 “Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?". Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.". Nah, ternyata motivasi mereka mencari Tuhan bukan karena mereka rindu akan Tuhan tetapi karena roti yang Tuhan berikan. Inilah sebenarnya yang menjadi dilemma bagi Tuhan, ada orang yang diberkati banyak karena mereka memang kuat untuk diberkati dalam arti bahwa mereka diberkati kayak apapun tetapi tidak terikat olehnya tapi ada orang yang kesannya tidak diberkati secara materi karena Tuhan tahu bahwa kalau mereka diberkati seperti mau mereka maka mereka akan terikat dan motivasi awal mereka ikut Tuhan akan berubah. Inilah sebenarnya mengapa Tuhan kemudian berkata dalam FirmanNya : Allahku kan memenuhi segala keperluanku menurut kekayaan dan kemuliaanNya” artinya sesuai dengan daya tampung kita terhadap berkat Tuhan. Kalau kita pelajari sesuatu yang istimewa dari kehidupan jemaat yang mula-mula maka kita akan menemukan sebuah gaya hidup yang unik yaitu membagi-bagikan milik mereka tetapi mereka tidak kekurangan. Kita lihat bahwa yang kaya menanggung yang lemah. Banyak orang ketika saya bercerita tentang kisah jemaat yang mula-mula, mereka menertawakannya dengan alas an bagaimana kalau kita punya uang banyak dan harus memberikan sebagian pada orang miskin? Saya berkata dalam hati tentang orang tersebut bahwa dia masih terikat, karena semakin besar berkat yang ia miliki maka ia semakin tidak rela memberikannya kepada orang lain apalagi kalau Tuhan yang suruh.
Kekayaan berbicara juga tentang harta tak terlihat yang kita punya, biasanya ialah keluarga. Ada orang yang sebenarnya dia tahu panggilannya untuk pergi ke tempat lain dan terpisah dengan keluarganya namun ia tidak berangkat karena berat dengan keluarganya. Apa yang Firman Tuhan katakan tentang orang semacam ini, coba baca dalam Matius 10 : 37 “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku”. Sebenarnya ukuran inilah yang membuat banyak orang tidak mencapai garis akhirnya yaitu mereka terikat dengan orang yang mereka cintai, padahal mengikut Tuhan ialah hal yang terindah dan luar biasa. Jangan sampai kita gagal mencapai garis akhir karena hal yang seharusnya tidak bisa mengikat kita.
KETERIKATAN JABATAN
Seringkali waktu saya mengikuti KKR, retreat, dan acara rohani lainnya saya mengamati banyak sekali para panitia yang ketika ada panggilan dari mimbar untuk bertobat maka semua peserta maju kecuali panitia. Mengapa? Jawabannya ialah karena gengsi. Semakin jabatan orang tersebut tinggi maka ia sangat gengsi untuk melakukan hal yang kecil karena menurut mereka itu merupakan sesuatu yang hina dan tidak pantas untuk mereka lakukan. Itulah mentalitas panitia! Coba kita belajar dari sebuah kisah yang sangat bagus menurut saya yaitu seorang panglima perang bernama Naaman yang terkena penyakit kusta. Diceritakan bahwa Naaman mendengar bahwa ada seorang Nabi di Israel bernama Elisa yang dipakai Tuhan luarbiasa. Karena begitu penasaran dan rasa ingin sembuhnya yang tinggi maka ia berangkat bersama bawahannya. Ketika bertemu dengan Elisa, Naaman begitu kaget karena Elisa tidak menemuinya dan hanya memerintahkan kepada Naaman agar memasukkan tubuhnya di sungai Yordan yang lebih kotor disbanding sungai di negaranya. Singkat cerita, Naaman ngomel, menggerutu, marah dan sebagainya karena pikirnya, mestinya Elisa menemui dia, menjamah tubuhnya, dan menyembuhkannya tetapi dia malah disuruh mandi di sungai Yordan yang kotor. Di sini kita dapat melihat sebenarnya betapa sombongnya Naaman karena jabatan yang dia punya. Ego yang begitu tinggi itulah yang membuat Allah menyuruh Elisa tepat seperti yang Dia mau, tetapi Tuhan itu terlalu baik, buktinya Ia menggerakkan hati bujang Naaman untuk berbicara dengan Naaman agar mau melakukannya. Yang dikatakan bujang tersebut merupakan pesan Tuhan sebetulnya bagi kita semua, karena bujang tersebut berkata kepada Naaman bahwa jika saja nabi Allah tersebut menyuruh melakukan hal sulit pasti Naaman akan melakukannya, inikan hal yang mudah, tinggal mandi 7x dan selesai sudah. Kalau kita tahu cara kerja Tuhan dengan bergaul dengan Dia maka kita akan menemui kata kunci yang menjadi jawaban agar kita mencapai garis akhir yaitu : kalau kita suka sesuatu maka Tuhan tidak suka (makanya nurut Tuhan saja) dan Tuhan selalu bekerja lewat kehidupan kita dengan apa yang ada pada diri kita bukan yang orang lain punya.
Disini kerendahan hati sangat diperlukan untuk mencapai garis akhir, contoh lain tentang respon kita tentang keterikatan jabatan. Apabila kita melayani Tuhan baik kotbah, song leader, dll lalu ada orang yang datang kepada kita dan kita mengenalnya sebagai jemaat yang tidak aktif sama sekali dan dia berkata: Pelayananmu hari ini kok biasa saja?. Apa yang akan kita lakukan? Pasti kita akan jengkel, marah, dongkol dan mungkin akan membandingkan diri kita dengannya dari segi pelayanan dan jabatan tentunya.
Sekali lagi, untuk mengikut Tuhan kita perlu memiliki penundukan diri terhadap rencana Tuhan alias jangan mengandalkan akal, pikiran, kemauan, dan ego kita karena itu akan membuat kita semakin melenceng dari jalur Tuhan.
JUJURLAH DIHADAPAN TUHAN
Satu tokoh yang sangat luar biasa menurut saya dibandingkan dengan semua nabi di Alkitab ialah Yeremia. Mengapa? Karena pelayanan dia menurut beberapa orang tidak menghasilkan buah apa-apa, selama kurang lebih 50 tahun dia berkotbah sebagai nabi Tuhan tetapi tidak ada satupun orang Israel yang bertobat bahkan sampai dia dipukuli, dimasukkan sumur kering dan sebagainya hanya untuk mengajak umat Tuhan berbalik. Tetapi apa yang dia tulis memang tidak memberkati generasinya waktu itu tetapi memberkati ribuan generasi setelahnya termasuk kita tentunya. Nah, alkitab mencatat sebuah pernyataan Yeremia kepada Tuhan tentang apa yang sepanjang hidupnya telah dialami, coba baca dalam Yeremia 20:7 “Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.”
Waktu saya baca, saya merenungkan beberapa hal, yang pertama apa reaksi Tuhan waktu mendengar pernyataan Yeremia tersebut? Kedua, salahkah Yeremia mengatakan itu?
Kedua hal tersebut selalu ada dibenak saya ketika membaca peristiwa tersebut. Tapi, saya menemukan sebuah jawaban terhadap kedua pertanyaan tersebut. Yang pertama, Tuhan senang! Wahy? Yah, salah satu karakter Tuhan ialah Ia menyukai kejujuran dan ketulusan. Yeremia berkata apa yang dirasakannya dan apa yang sebenarnya tidak ingin dia alami. Itu tidaklah salah! Tuhan menginginkan sebuah kejujuran dalam berhadapan dengan Dia alias tanpa kepalsuan, ketika saudara berjalan dengan Tuhan melalui kehidupan yang penuh dengan kepura-puraan maka kita akan sama seperti orang Farisi. Pertanyaan kedua tersebut dapat dijawab ketika kita mengerti maunya Tuhan yaitu kejujuran, Yeremia tidaklah salah mengatakan itu karena dia adalah tipe orang yang berbicara apa adanya sekalipun agak konyol. Dia mengatakan bahwa Tuhan menipu dia tetapi dilain sisi dia juga berkata sambil mengaku bahwa dirinya mau aja dibujuk oleh Tuhan, inikan aneh tapi lucu juga bukan? Tetapi intinya kita harus kembali pada sebuah hubungan karib dengan Tuhan melalui kejujuran dan ketulusan.
DENGARKAN DIA
Saya baru menyadari ketika Tuhan tunjukkan kepada saya seluruh garis besar pelayanan selama setahun belakangan, hasilnya buruk. Kadang orang mengatakan saya ini rajin pelayanan dan sebagainya, padahal dimata Tuhan hasilnya nol besar. Mengapa? Tuhan tunjukkan kepada saya bahwa terkadang kita melayani dengan kehendak kita bukan dari Tuhan, contohnya saja, sebelum kita melayani Tuhan apakah kita tahu yang Tuhan mau kerjakan? Waktu saya memimpin pujian, terkadang ketika penyembahan berlangsung kita sebagai pemimpin merasakan jemaat tidak bersuara sedikitpun. Apa yang akan kita lakukan? Ini yang saya lakukan, saya mulai membesarkan suara saya dengan berbahasa Roh dan saya tahu pasti secara otomatis music akan ikut saya semakin keras juga mainnya. Apa yang terjadi? Otomatis juga jemaat ikut menyembah lebih keras. Waktu Tuhan koreksi saya dengan menunjukkan itu Dia berkata : “Banyak kali Tuhan hanya dibuat mainan, kamu piker dengan cara itu Aku melawat umatKu?”. Apa jawab saudara kalau mendapat pertanyaan seperti itu? Pasti tidak bisa jawab! Karena sayapun juga tidak bisa menjawabnya, yang ada hanya nangis dihadapan Tuhan. Kenyataan seperti inilah yang menghambat kita untuk menuju garis akhir, kita bukannya menyenangkan Tuhan tapi menyenangkan arogansi kita dan pelayanan kita semata. Sejak saat itu saya berkata pada Tuhan, kalau aku nggak dipaksa nggak akan selesai. Apakah salah kita minta dipaksa sama Tuhan? Tidak. Karena manusia memiliki kehendak bebas dan Allah nggak mungkin maksa manusia. Tetapi jika manusia itu sendiri yang minta Tuhan untuk memaksakan rencanaNya dalam hidupnya maka Tuhan nggak salah karena manusia tersebutlah yang minta dipaksa demi menyelesaikan garis akhir dalam hidupnya. Ada beberapa contoh orang yang dalam perjalanan kehidupannya bukannya meminta rencana Tuhan digenapi tapi maksa Tuhan menggenapi rencana hidupnya sendiri yaitu Yakub. Anak dari Ishak ini memiliki karakter suka menjegal (arti nama Yakub) alias menang sendiri. Setelah dia menipu kakaknya Esau, kehidupannya dilalui dengan tipu menipu. Mulai dari ketika dia ditipu Laban sampai anak-anaknya juga menipu. Ada satu cerita menarik yang ditulis Alkitab tentang pergumulan Yakub dengan Tuhan dalam Kejadian 32:24-31 : “Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing." Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku."
Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub." Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." Bertanyalah Yakub: "Katakanlah juga namamu." Tetapi sahutnya: "Mengapa engkau menanyakan namaku?" Lalu diberkatinyalah Yakub di situ. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!" Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah
melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya.”. siapa orang yang berani bergumul melawan Allah seperti Yakub dan dia menang? Yang dikejar hanya berkat Tuhan, tapi karena kemauannya dan hobby ngeyel maka dia mendapatkan apa yang dia minta. Tetapi orang seperti ini memiliki perjalanan hidup yang luar biasa kerasnya kepada Tuhan ini dibuktikan dengan keturunannya yaitu bangsa Israel yang begitu bebal dimata Tuhan, lihat sebentar dalam Keluaran 33:5 “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa : "Katakanlah kepada orang Israel: Kamu ini bangsa yang tegar tengkuk. Jika Aku berjalan di tengah-tengahmu sesaatpun, tentulah Aku akan membinasakan kamu. Oleh sebab itu, tanggalkanlah perhiasanmu, maka Aku akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepadamu.". Maka dari itu kita belajar untuk mendengarkan Tuhan bukan ngeyel dengan Tuhan.
ROH ALLAH YANG SENSITIF
Lukas 3:2 “pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun.”
Dari firman Tuhan diatas terdapat sesuatu yang aneh, Imam Besar waktu itu ialah Hanas dan Kayafas. Hanas ialah bapak mertua Kayafas dari keturunan Harun. Dan mereka inilah yang berpengaruh di Israel dan memegang jabatan tertinggi di dalam institusi Bait Allah (Gereja: saat ini), mestinya Firman Tuhan tersebut disampaikan kepada Imam besar ini di dalam bait Allah, tetapi mengapa Firman tersebut malah disampaikan kepada Yohanes Pembabtis yang tidak memiliki jabatan apa-apa, jubah yang tidak indah, dan tinggal di gurun bukan Bait Allah? Padahal kalau kita melihat sejarah perjanjian lama, kita menemukan bahwa jabatan Imam Besar merupakan jabatan yang sakral dan berasal dari Tuhan sendiri. Pada waktu Musa memilih Imam Besar untuk melayani Bait Allah (Kemah pertemuan waktu itu), ia memilih Harun saudaranya. Namun, banyak kepala suku Israel yang protes dan mengatakan mengapa mesti Harusn dan bukan yang lain, mendengar hal tersebut Tuhan meminta musa mengumpulkan tongkat dari setiap kepala suku Israel termasuk tongkat Harun dan diletakkan didalam Kemah pertemuan. Tuhan berfirman kepada Musa, bahwa menjelang pagi Tuhan akan memilih siapa yang akan menjadi imam Besar dan tandanya ialah tongkat siapa yang berbunga dan berbuah itulah yang dipilih Tuhan. Keesokan harinya Musa masuk kedalam Kemah pertemuan dan melihat bahwa tongkat Harunlah yang muncul bungan dan buah badam, maka ditetapkanlah harun sebagai Imam Besar secara turun temurun. Dan taukah saudara, bahwa seluruh kejadian, tokoh dan peristiwa yang terjadi di perjanjian lama, merupakan penggenapan dari Kristus sendiri. Sebagai ilustrasi, jika kita melihat bayangan si A maka jika kita telusuri maka kita akan sampai kepada si A sendiri, artinya bayangan seseorang menunjuk kepada pemilik bayangan itu sendiri. Termasuk dalam hal ini ialah Imam Besar pada perjanjian lama merupakan perwujudan penggenapan Kristus yang lahir kedunia. Dalam kitab Ibrani dikatakan bahwa Yesus Kristus Anak Allah ialah Imam Besar yang Agung, dengan kata lain sebenarnya Imam Besar Kayafas yang menjadi klimaks penggenapan keimam-an di Israel yang berkata bahwa Imam Besar yang Agung telah ada yaitu Yesus Kristus, tapi saying dia tidak tahu dan tidak melakukannya. Mengapa? Karena Roh Allah telah undur dari Kayafas. Coba kita lihat perbedaan antara Kayafas dan Yohanes pembabtis :
1. Kayafas lebih menyenangkan hati manusia daripada Tuhan, sedangkan Yohanes pembabtis lebih menyenangkan hati Tuhan daripada manusia. Ini dibuktikan dari banyak peristiwa diantaranya ketika Yesus bergerak dalam pelayanan yang dahsyat, imam besar Kayafas merasa ketakutan jika banyak rakyat yang memihak kepada Yesus daripada memihak dia. Sedangkan Yohanes pembabtis tidak segan-segan menyampaikan firman Tuhan, ketika ada ahli Taurat dan Saduki datang kepadanya ia malah membentak mereka dengan mengatakan : Hai kamu ular-ular beludak!. Ini membuktikan bahwa Yohanes pembabtis lebih menyenangkan Tuhan dan tidak takut melukai hati siapapun demi Menyampaikan Firman Allah yang hidup. Dalam pelayanan kitapun, kebanyakan kita lebih ingin mendapatkan perkenanan manusia daripada Allah sendiri. Kita lebih mementingkan liturgi ibadah dibandingkan dengan bergerak menurut suara Roh Kudus. Dengan tidak mendengarkan suara Roh Kudus maka kita mendukakan Roh Kudus itu sendiri.
2. Kayafas lebih mementingkan jabatan dibanding pelayanan, sedangkan Yohanes pembabtis lebih mementingkan pelayanan. Kayafas ialah orang yang penuh pertimbangan dalam bertindak, bukan karena dia pertimbangkan dengan Roh Allah tetapi pertimbangannya berisi tentang dukungan jemaat Israel kepadanya. Dalam melayanipun dia hanya secara liturgi dan bukan karena Roh Tuhan yang menyuruhnya. Sedang Yohanes pembabtis dia tidak memiliki jabatan apapun tetapi dia menyenangkan hati Tuhan dengan pelayanannya. Bayangkan dia tidak tinggal di Bait Allah tapi dipadang gurun, dan dia hanya mengenakan pakaian dari kulit binatang dan bukan kain para imam dari lenan dan sutra beserta permata yang menghiasinya.
3. Kayafas hanya menerima anugerah yang umum dan bukan khusus sedang Yohanes menerima anugerah dalam pelayanannya. Firman Tuhan mengatakan bahwa matahari untuk semua orang, baik yang jahat maupun yang baik. Imam besar Kayafas dalam pelayanannya dia akan melewati Pelataran bait Allah dan disitu orang juga merasakan sinar matahari (sinar yang umum), ketika ia masuk dalam ruang kudus ia juga mengalami sinar yang umum yaitu dari nyala kaki dian (lilinpun juga sama), tapi waktu dia masuk ruang maha kudus ia tudak menikmati satu sinar yang harusnya ia nikmati yaitu sinar yang berada diatas tabut Allah tepat ditengah-tengah kedua kerub yaitu Shekinah Glory. Dan hidupnya tidak berubah! Sedangkan Yohanes pembabtis berada dipadang gurun dan dalam kesendiriannya ia menikmati hadirat Allah lebih dari yang ia peroleh di Bait Allah. Orang seperti inilah yang dicari Tuhan yaitu orang-orang yang mencari Tuhan secara pribadi dan mendengarkan perkataanNya. Dalam pelayanan kitapun mestinya kita punya hubungan pribadi dengan Tuhan, tanpa Roh Allah maka pelayanan kitapun merasa ‘garing’, mungkin secara fisik kita terlihat giat, rajin, sungguh-sungguh padahal didalam kita tidak merasakan apa-apa. Inilah yang banyak terjadi!
4. Kayafas melayani bukan karena pengorbanan tapi karena kemegahan sedang Yohanes pembabtis melayani karena pengorbanan. Imam besar Kayafas sangat bangga mengenakan kain lenan yang halus, sutra terbaik, dan permata yang indah bahkan dirumah peninggalan Kayafas terdapat ruangan yang sangat besar yaitu tempat menampung persembahan dari bangsa Israel yang beribadah kepada Tuhan, artinya hidupnya sangat mewah. Sedang Yohanes pembabtis hanya makan belalang dan madu hutan dan pakaiannya ialah kulit binatang, apa artinya? Jika kulit binatang dipakai baju maka binatang tersebut pasti berkorban agar kulitnya bisa
dipakai, ini sama dengan yang dialami oleh Adam dan Hawa ketika mereka jatuh dalam dosa, maka Tuhan mengambil (mengorbankan) kulit binatang dan menyematkannya kepada mereka. Dalam pelayanan kitapun, tanpa pengorbanan maka kita tidak akan berkenan dihadapan Tuhan. Pengorbanan pertama ialah melalui Darah Anak Domba dan yang kedua adalah hidup kita (melalui gesekan dalam pelayanan, dicaci, dimaki, dikritik, disalahkan, dll)
Keempat hal itulah yang menjadi perbedaan mengapa Roh Allah undur dari Kayafas dan berbicara kepada Yohanes pembabtis. Belajarlah untuk peka kepada suara Roh Kudus dalam kehidupan kita yaitu dengan bergaul karib dengan Tuhan sehingga kita dapat mencapai garis akhir.
CARA DIA BERBICARA
Banyak orang binggung bagaimana Tuhan Roh Kudus berbicara kepada saya? Bahkan ada beberapa orang yang meng-sakral-kan orang yang bisa mendengar suara Tuhan, padahal kita menyebut diri kita anak-anak Allah tapi masak kita tidak bisa mendengar Bapa kita bicara? Aneh kan? Sebetulnya Tuhan sering berbicara kepada kita hanya saja kita belum peka mengapa? Karena Dosa kita, kita tidak mau baca Firman Tuhan, dan kita mengikuti keinginan kita dibanding mengikuti maunya Tuhan. Ada beberapa cara Tuhan berbicara dengan kita diantaranya :
Mendengar melalui telinga/ secara fisik
Orang yang bisa mendengar suara Tuhan seperti ini biasanya orang yang memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan seperti Musa dan Abraham. Saking sudah terbiasanya mendengar suara Tuhan maka waktu Tuhan berbicara mereka mampu mendengarkannya dengan jelas ditelinga.
Melalui hati nurani/ lewat hati
Kita banyak gagal disini, mengapa? Karena suara Tuhan dan hati nurani snagat tipis bedanya. Suara Tuhan yang tidak di backing dengan firman maka itu hanya menjadi suara kedagingan kita. Makanya banyaklah membaca firman Tuhan agar kita bisa membedakan mana suara Tuhan dan mana suara hati kita sendiri.
Melalui Firman yang kita baca
Firman Tuhan dalam alkitab merupakan sebuah sarana efektif untuk kita bertemu dengan Tuhan, kita mendapatkan teguran, nasehat, dikuatkan dan dipersiapkan untuk mengahdapi hal-hal yang akan datang. Seringkali waktu saya membaca kisah atau cerita disebuah pasal, mungkin untuk saat itu tidak berguna tapi untuk kemudian hari pasti berguna, mengapa? Karena saya ngalami seperti yang ditulis dialkitab tersebut.
Melalui kotbah hamba Tuhan
Banyak anak Tuhan malas ke gereja dengan alasan monoton dan sebagainya, tapi sebenarnya dalam Tuhan tidak ada yang monoton tetapi respon yang lahir dari perasaan manusiawi kitalah yang menjadikan kita merasa monoton. Termasuk firman Tuhan, berkali-kali saya diteguhkan bahkan diberikan peneguhan dari yang Tuhan telah katakana kepada saya sebelumnya tentang suatu hal melalui hamba Tuhan dan kotbah-kotbah. Mungkin waktu kita melihat hamba Tuhan yang kotbah itu-tiu saja maka kedagingan kita akan berkata: Biasa. Padahal kalau kita punya Roh yang peka maka pasti ada pesan yang disampaikan untuk kita baik masalalu, sekarang atau yang akan kita alami.
Melalui Penyembahan
Mengapa orang menangis dalam penyembahan? Ada yang mengatakan karena tidak tahan akan kebaikan Tuhan, merasa tersentuh oleh lagunya, merasakan hadirat Tuhan, merasa tertegur oleh pujian yang dinaikkan, dll. Itulah semua cara Tuhan berbicara kepada kita melalui penyembahan dan masuk dalam hadiratNya.
Melalui orang lain
Hari-hari ini ketika saya bertemu dengan orang lain, saya benar-benar hati-hati apalagi juka saya sedang berada dalam persoalan, mengapa? Karena Tuhan mengajar bahwa Roh Kudus juga bisa berbicara melalui orang yang kita temui, mungkin orang yang berbicara dengan kita biasa saja tapi ketika kita mendengar, roh kita mulai merasakan sesuatu yang merupakan pesan Tuhan. Ketika saya bertemu dengan orang saya selalu berdoa dalam hati : Tuhan, apa ada pesan untuk saya lewat orang ini?
Melalui peristiwa/ kejadian
Kalau boleh dibilang, ini level akhir Tuhan berbicara dengan kita. Jika lewat kita sendiri kita tidak mendengar, maka ia akan pakai orang lain, jika dengan cara ini kita masih kurang peka maka Ia akan berbicara lewat kejadian atau
peristiwa. Sama seperti Yunus, ketika Tuhan menyuruh dia untuk menyampaikan pesan untuk Niniwe, dia menolak dan malah pergi ke Tarsis melalui perahu. Akhirnya Tuhan berbicara lewat orang didalam perahu yaitu mereka melakukan undian (mencari penyebab mengapa kapal mereka diterjang badai), dan Yunus ketahuan. Tetapi karena masih nekat maka Tuhan memberikan sebuah peristiwa yang tidak pernah ia lupakan yaitu dimakan ikan besar. Cara Tuhan bicara selalu seperti itu, jika pakai peristiwa kita tidak mendengar maka ‘tuhan’ yang lain yang akan berbicara kepada kita.
HATI HAMBA
Keluaran 33:2 “Aku akan mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu dan akan menghalau orang Kanaan, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Keluaran 33:12-16 “Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Memang Engkau berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa ini berangkat, tetapi Engkau tidak memberitahukan kepadaku, siapa yang akan Kauutus bersama-sama dengan aku. Namun demikian Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di hadapan-Ku. Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu." Lalu Ia berfirman: "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu." Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?"
Aneh sekali yang dilakukan oleh Musa, mengapa? Waktu itu Tuhan berkata bahwa malaikatNya akan diutus untuk menyertai Musa dan Israel menuju tanah perjanjian namun ternyata Musa menolaknya dengan berkata : Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Sebuah jawaban yang mengejutkan, bukankah dengan penyertaan malaikat yang maha indah dan keren pasti bangsa tersebut tampak lebih hebat dibanding bangsa lain? Apalagi jika dibandingkan dengan tiang awan dan api saja tanpa bentuk. Tapi inilah hati Musa yaitu hati sebagai hamba. Apakah hati hamba itu? Hati hamba berarti ia selalu ingin berada didekat tuannya, dia hanya ingin menyenangkan hati tuannya, dan dia ingin selalu melakukan tugas yang tuannya kerjakan. Inilah karakter Musa.
Biarlah kita juga memiliki hati yang lebih menginginkan DIA.
Banyak orang beranggapan bahwa garis akhir merupakan sebuah pintu dimana kita bertemu Tuhan (face to face) alias kematian, padahal kalau kita melihat dari surat yang dikatakan oleh Rasul Paulus tentang dirinya sendiri : “aku telah menyelesaikan pertandingan dan aku telah menyelesaikan garis akhir”, sebetulnya dia belum mati pada waktu menuliskan pernyataan itu (walaupun toh akhirnya dia mati juga). Lalu sebenarnya apakah garis akhir itu? Garis akhir dalam kehidupan manusia ialah sebuah akhir dari penggenapan Visi atau rencana Allah dalam kehidupan kita dan bukan kematian. Banyak kita melihat batu nisan di pekuburan orang Kristen yang bertuliskan sama dengan apa yang dikatakan oleh rasul Paulus, padahal dalam kehidupan mereka, mereka memanfaatkannya dengan tidak bijak apalagi tidak sesuai dengan Roh Kudus inginkan.
Memang tidaklah semudah kita berkata bahwa kita telah mencapai garis akhir dalam kehidupan kita karena tanpa bergaul dengan Tuhan maka kita tidak akan pernah tahu dimana garis akhir kita. Celakanya, banyak orang yang selama hidup didunia melakukan pelayanan ini dan itu bahkan menjadi orang paling rajin digereja sekalipun bahkan yang berkarunia luarbiasa toh akhirnya mereka tidak mengakhiri pertandingan dengan benar. Lalu bagaimana sebenarnya kunci agar kita bisa mencapai garis akhir? Coba baca dalam Mazmur 16:7 : Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Hanya dengan bergaul dengan Tuhanlah maka kita dapat mencapai garis akhir, waktu kita menyimpang maka Tuhan akan menasehati kita/ mengajar kita bagaimana kita berada dalam sebuah jalur yang benar menuju garis akhir. Selamat berjuang!
KETERIKATAN HARTA
Musuh utama kita untuk mencapai garis akhir ialah keterikatan akan sesuatu. Apapun itu, semua hal yang berasal dari dunia ini yang kita mengasihi lebih dari apapun pasti akan mengikat kita. Dan hukum Tuhan ialah ketika kita terikat pada sesuatu yang ada didunia tidak terkecuali berkat Tuhan sendiri maka akan menjadi penghalang besar untuk mencapai garis akhir. Coba saudara bayangkan, apakah ada seorang pelari yang berlari dengan membawa tas ransel berisi barang-barang kepunyaannya? Pasti akan sangat membebani dia bukan? Sama dengan kehidupan kita yang masih terikat dengan harta duniawi (keluarga, uang, dsb), demikian pula maka kita akan gagal mencapai garis akhir. Saya akan tunjukkan kepada saudara mengapa Tuhan tidak memberkati orang sesuai dengan keinginan mereka tetapi seusai kehendak Tuhan sendiri, coba baca dalam Yohanes 6 : 11 “Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.” Suatu tawaran yang sangat ironis sekali dari Tuhan tentang mujizat 5 roti dan 2 ikan yang dilakukannya kepada ribuan orang yang mengikuti Dia yaitu Tuhan berkata agar murid-murid membagikannya sesuai dengan yang mereka kehendaki. Apa jadinya jika Tuhan berkata kepada kita bahwa kita akan diberi uang dan kita boleh minta sebanyak yang kita kehendaki? Berapa banyak yang kita minta?
Tetapi itulah Tuhan kita, Ia memberikan semua yang kita perlukan dalam kehidupan kita. Tapi, apa yang terjadi kemudian setelah Yesus memberikan statement seperti itu kepada mereka? Coba lihat kisah selanjutnya dalam Lukas 6 : 24 “Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid- Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus”. Luar biasa bukan respon mereka? Yah, mereka merasa kehilangan Yesus dan mereka berusaha mencarinya. Inilah yang sebenarnya Tuhan cari dalam kehidupan kita, yaitu kita mencari Tuhan dengan segenap hati. Tetapi dalam kisah tersebut akan menjadi lain ceritanya karena ternyata mereka ketahuan motivasi mereka ikut Tuhan, coba buka lagi dalam Lukas 6 : 25- 27 “Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?". Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.". Nah, ternyata motivasi mereka mencari Tuhan bukan karena mereka rindu akan Tuhan tetapi karena roti yang Tuhan berikan. Inilah sebenarnya yang menjadi dilemma bagi Tuhan, ada orang yang diberkati banyak karena mereka memang kuat untuk diberkati dalam arti bahwa mereka diberkati kayak apapun tetapi tidak terikat olehnya tapi ada orang yang kesannya tidak diberkati secara materi karena Tuhan tahu bahwa kalau mereka diberkati seperti mau mereka maka mereka akan terikat dan motivasi awal mereka ikut Tuhan akan berubah. Inilah sebenarnya mengapa Tuhan kemudian berkata dalam FirmanNya : Allahku kan memenuhi segala keperluanku menurut kekayaan dan kemuliaanNya” artinya sesuai dengan daya tampung kita terhadap berkat Tuhan. Kalau kita pelajari sesuatu yang istimewa dari kehidupan jemaat yang mula-mula maka kita akan menemukan sebuah gaya hidup yang unik yaitu membagi-bagikan milik mereka tetapi mereka tidak kekurangan. Kita lihat bahwa yang kaya menanggung yang lemah. Banyak orang ketika saya bercerita tentang kisah jemaat yang mula-mula, mereka menertawakannya dengan alas an bagaimana kalau kita punya uang banyak dan harus memberikan sebagian pada orang miskin? Saya berkata dalam hati tentang orang tersebut bahwa dia masih terikat, karena semakin besar berkat yang ia miliki maka ia semakin tidak rela memberikannya kepada orang lain apalagi kalau Tuhan yang suruh.
Kekayaan berbicara juga tentang harta tak terlihat yang kita punya, biasanya ialah keluarga. Ada orang yang sebenarnya dia tahu panggilannya untuk pergi ke tempat lain dan terpisah dengan keluarganya namun ia tidak berangkat karena berat dengan keluarganya. Apa yang Firman Tuhan katakan tentang orang semacam ini, coba baca dalam Matius 10 : 37 “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku”. Sebenarnya ukuran inilah yang membuat banyak orang tidak mencapai garis akhirnya yaitu mereka terikat dengan orang yang mereka cintai, padahal mengikut Tuhan ialah hal yang terindah dan luar biasa. Jangan sampai kita gagal mencapai garis akhir karena hal yang seharusnya tidak bisa mengikat kita.
KETERIKATAN JABATAN
Seringkali waktu saya mengikuti KKR, retreat, dan acara rohani lainnya saya mengamati banyak sekali para panitia yang ketika ada panggilan dari mimbar untuk bertobat maka semua peserta maju kecuali panitia. Mengapa? Jawabannya ialah karena gengsi. Semakin jabatan orang tersebut tinggi maka ia sangat gengsi untuk melakukan hal yang kecil karena menurut mereka itu merupakan sesuatu yang hina dan tidak pantas untuk mereka lakukan. Itulah mentalitas panitia! Coba kita belajar dari sebuah kisah yang sangat bagus menurut saya yaitu seorang panglima perang bernama Naaman yang terkena penyakit kusta. Diceritakan bahwa Naaman mendengar bahwa ada seorang Nabi di Israel bernama Elisa yang dipakai Tuhan luarbiasa. Karena begitu penasaran dan rasa ingin sembuhnya yang tinggi maka ia berangkat bersama bawahannya. Ketika bertemu dengan Elisa, Naaman begitu kaget karena Elisa tidak menemuinya dan hanya memerintahkan kepada Naaman agar memasukkan tubuhnya di sungai Yordan yang lebih kotor disbanding sungai di negaranya. Singkat cerita, Naaman ngomel, menggerutu, marah dan sebagainya karena pikirnya, mestinya Elisa menemui dia, menjamah tubuhnya, dan menyembuhkannya tetapi dia malah disuruh mandi di sungai Yordan yang kotor. Di sini kita dapat melihat sebenarnya betapa sombongnya Naaman karena jabatan yang dia punya. Ego yang begitu tinggi itulah yang membuat Allah menyuruh Elisa tepat seperti yang Dia mau, tetapi Tuhan itu terlalu baik, buktinya Ia menggerakkan hati bujang Naaman untuk berbicara dengan Naaman agar mau melakukannya. Yang dikatakan bujang tersebut merupakan pesan Tuhan sebetulnya bagi kita semua, karena bujang tersebut berkata kepada Naaman bahwa jika saja nabi Allah tersebut menyuruh melakukan hal sulit pasti Naaman akan melakukannya, inikan hal yang mudah, tinggal mandi 7x dan selesai sudah. Kalau kita tahu cara kerja Tuhan dengan bergaul dengan Dia maka kita akan menemui kata kunci yang menjadi jawaban agar kita mencapai garis akhir yaitu : kalau kita suka sesuatu maka Tuhan tidak suka (makanya nurut Tuhan saja) dan Tuhan selalu bekerja lewat kehidupan kita dengan apa yang ada pada diri kita bukan yang orang lain punya.
Disini kerendahan hati sangat diperlukan untuk mencapai garis akhir, contoh lain tentang respon kita tentang keterikatan jabatan. Apabila kita melayani Tuhan baik kotbah, song leader, dll lalu ada orang yang datang kepada kita dan kita mengenalnya sebagai jemaat yang tidak aktif sama sekali dan dia berkata: Pelayananmu hari ini kok biasa saja?. Apa yang akan kita lakukan? Pasti kita akan jengkel, marah, dongkol dan mungkin akan membandingkan diri kita dengannya dari segi pelayanan dan jabatan tentunya.
Sekali lagi, untuk mengikut Tuhan kita perlu memiliki penundukan diri terhadap rencana Tuhan alias jangan mengandalkan akal, pikiran, kemauan, dan ego kita karena itu akan membuat kita semakin melenceng dari jalur Tuhan.
JUJURLAH DIHADAPAN TUHAN
Satu tokoh yang sangat luar biasa menurut saya dibandingkan dengan semua nabi di Alkitab ialah Yeremia. Mengapa? Karena pelayanan dia menurut beberapa orang tidak menghasilkan buah apa-apa, selama kurang lebih 50 tahun dia berkotbah sebagai nabi Tuhan tetapi tidak ada satupun orang Israel yang bertobat bahkan sampai dia dipukuli, dimasukkan sumur kering dan sebagainya hanya untuk mengajak umat Tuhan berbalik. Tetapi apa yang dia tulis memang tidak memberkati generasinya waktu itu tetapi memberkati ribuan generasi setelahnya termasuk kita tentunya. Nah, alkitab mencatat sebuah pernyataan Yeremia kepada Tuhan tentang apa yang sepanjang hidupnya telah dialami, coba baca dalam Yeremia 20:7 “Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.”
Waktu saya baca, saya merenungkan beberapa hal, yang pertama apa reaksi Tuhan waktu mendengar pernyataan Yeremia tersebut? Kedua, salahkah Yeremia mengatakan itu?
Kedua hal tersebut selalu ada dibenak saya ketika membaca peristiwa tersebut. Tapi, saya menemukan sebuah jawaban terhadap kedua pertanyaan tersebut. Yang pertama, Tuhan senang! Wahy? Yah, salah satu karakter Tuhan ialah Ia menyukai kejujuran dan ketulusan. Yeremia berkata apa yang dirasakannya dan apa yang sebenarnya tidak ingin dia alami. Itu tidaklah salah! Tuhan menginginkan sebuah kejujuran dalam berhadapan dengan Dia alias tanpa kepalsuan, ketika saudara berjalan dengan Tuhan melalui kehidupan yang penuh dengan kepura-puraan maka kita akan sama seperti orang Farisi. Pertanyaan kedua tersebut dapat dijawab ketika kita mengerti maunya Tuhan yaitu kejujuran, Yeremia tidaklah salah mengatakan itu karena dia adalah tipe orang yang berbicara apa adanya sekalipun agak konyol. Dia mengatakan bahwa Tuhan menipu dia tetapi dilain sisi dia juga berkata sambil mengaku bahwa dirinya mau aja dibujuk oleh Tuhan, inikan aneh tapi lucu juga bukan? Tetapi intinya kita harus kembali pada sebuah hubungan karib dengan Tuhan melalui kejujuran dan ketulusan.
DENGARKAN DIA
Saya baru menyadari ketika Tuhan tunjukkan kepada saya seluruh garis besar pelayanan selama setahun belakangan, hasilnya buruk. Kadang orang mengatakan saya ini rajin pelayanan dan sebagainya, padahal dimata Tuhan hasilnya nol besar. Mengapa? Tuhan tunjukkan kepada saya bahwa terkadang kita melayani dengan kehendak kita bukan dari Tuhan, contohnya saja, sebelum kita melayani Tuhan apakah kita tahu yang Tuhan mau kerjakan? Waktu saya memimpin pujian, terkadang ketika penyembahan berlangsung kita sebagai pemimpin merasakan jemaat tidak bersuara sedikitpun. Apa yang akan kita lakukan? Ini yang saya lakukan, saya mulai membesarkan suara saya dengan berbahasa Roh dan saya tahu pasti secara otomatis music akan ikut saya semakin keras juga mainnya. Apa yang terjadi? Otomatis juga jemaat ikut menyembah lebih keras. Waktu Tuhan koreksi saya dengan menunjukkan itu Dia berkata : “Banyak kali Tuhan hanya dibuat mainan, kamu piker dengan cara itu Aku melawat umatKu?”. Apa jawab saudara kalau mendapat pertanyaan seperti itu? Pasti tidak bisa jawab! Karena sayapun juga tidak bisa menjawabnya, yang ada hanya nangis dihadapan Tuhan. Kenyataan seperti inilah yang menghambat kita untuk menuju garis akhir, kita bukannya menyenangkan Tuhan tapi menyenangkan arogansi kita dan pelayanan kita semata. Sejak saat itu saya berkata pada Tuhan, kalau aku nggak dipaksa nggak akan selesai. Apakah salah kita minta dipaksa sama Tuhan? Tidak. Karena manusia memiliki kehendak bebas dan Allah nggak mungkin maksa manusia. Tetapi jika manusia itu sendiri yang minta Tuhan untuk memaksakan rencanaNya dalam hidupnya maka Tuhan nggak salah karena manusia tersebutlah yang minta dipaksa demi menyelesaikan garis akhir dalam hidupnya. Ada beberapa contoh orang yang dalam perjalanan kehidupannya bukannya meminta rencana Tuhan digenapi tapi maksa Tuhan menggenapi rencana hidupnya sendiri yaitu Yakub. Anak dari Ishak ini memiliki karakter suka menjegal (arti nama Yakub) alias menang sendiri. Setelah dia menipu kakaknya Esau, kehidupannya dilalui dengan tipu menipu. Mulai dari ketika dia ditipu Laban sampai anak-anaknya juga menipu. Ada satu cerita menarik yang ditulis Alkitab tentang pergumulan Yakub dengan Tuhan dalam Kejadian 32:24-31 : “Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing." Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku."
Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub." Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." Bertanyalah Yakub: "Katakanlah juga namamu." Tetapi sahutnya: "Mengapa engkau menanyakan namaku?" Lalu diberkatinyalah Yakub di situ. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!" Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah
melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya.”. siapa orang yang berani bergumul melawan Allah seperti Yakub dan dia menang? Yang dikejar hanya berkat Tuhan, tapi karena kemauannya dan hobby ngeyel maka dia mendapatkan apa yang dia minta. Tetapi orang seperti ini memiliki perjalanan hidup yang luar biasa kerasnya kepada Tuhan ini dibuktikan dengan keturunannya yaitu bangsa Israel yang begitu bebal dimata Tuhan, lihat sebentar dalam Keluaran 33:5 “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa : "Katakanlah kepada orang Israel: Kamu ini bangsa yang tegar tengkuk. Jika Aku berjalan di tengah-tengahmu sesaatpun, tentulah Aku akan membinasakan kamu. Oleh sebab itu, tanggalkanlah perhiasanmu, maka Aku akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepadamu.". Maka dari itu kita belajar untuk mendengarkan Tuhan bukan ngeyel dengan Tuhan.
ROH ALLAH YANG SENSITIF
Lukas 3:2 “pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun.”
Dari firman Tuhan diatas terdapat sesuatu yang aneh, Imam Besar waktu itu ialah Hanas dan Kayafas. Hanas ialah bapak mertua Kayafas dari keturunan Harun. Dan mereka inilah yang berpengaruh di Israel dan memegang jabatan tertinggi di dalam institusi Bait Allah (Gereja: saat ini), mestinya Firman Tuhan tersebut disampaikan kepada Imam besar ini di dalam bait Allah, tetapi mengapa Firman tersebut malah disampaikan kepada Yohanes Pembabtis yang tidak memiliki jabatan apa-apa, jubah yang tidak indah, dan tinggal di gurun bukan Bait Allah? Padahal kalau kita melihat sejarah perjanjian lama, kita menemukan bahwa jabatan Imam Besar merupakan jabatan yang sakral dan berasal dari Tuhan sendiri. Pada waktu Musa memilih Imam Besar untuk melayani Bait Allah (Kemah pertemuan waktu itu), ia memilih Harun saudaranya. Namun, banyak kepala suku Israel yang protes dan mengatakan mengapa mesti Harusn dan bukan yang lain, mendengar hal tersebut Tuhan meminta musa mengumpulkan tongkat dari setiap kepala suku Israel termasuk tongkat Harun dan diletakkan didalam Kemah pertemuan. Tuhan berfirman kepada Musa, bahwa menjelang pagi Tuhan akan memilih siapa yang akan menjadi imam Besar dan tandanya ialah tongkat siapa yang berbunga dan berbuah itulah yang dipilih Tuhan. Keesokan harinya Musa masuk kedalam Kemah pertemuan dan melihat bahwa tongkat Harunlah yang muncul bungan dan buah badam, maka ditetapkanlah harun sebagai Imam Besar secara turun temurun. Dan taukah saudara, bahwa seluruh kejadian, tokoh dan peristiwa yang terjadi di perjanjian lama, merupakan penggenapan dari Kristus sendiri. Sebagai ilustrasi, jika kita melihat bayangan si A maka jika kita telusuri maka kita akan sampai kepada si A sendiri, artinya bayangan seseorang menunjuk kepada pemilik bayangan itu sendiri. Termasuk dalam hal ini ialah Imam Besar pada perjanjian lama merupakan perwujudan penggenapan Kristus yang lahir kedunia. Dalam kitab Ibrani dikatakan bahwa Yesus Kristus Anak Allah ialah Imam Besar yang Agung, dengan kata lain sebenarnya Imam Besar Kayafas yang menjadi klimaks penggenapan keimam-an di Israel yang berkata bahwa Imam Besar yang Agung telah ada yaitu Yesus Kristus, tapi saying dia tidak tahu dan tidak melakukannya. Mengapa? Karena Roh Allah telah undur dari Kayafas. Coba kita lihat perbedaan antara Kayafas dan Yohanes pembabtis :
1. Kayafas lebih menyenangkan hati manusia daripada Tuhan, sedangkan Yohanes pembabtis lebih menyenangkan hati Tuhan daripada manusia. Ini dibuktikan dari banyak peristiwa diantaranya ketika Yesus bergerak dalam pelayanan yang dahsyat, imam besar Kayafas merasa ketakutan jika banyak rakyat yang memihak kepada Yesus daripada memihak dia. Sedangkan Yohanes pembabtis tidak segan-segan menyampaikan firman Tuhan, ketika ada ahli Taurat dan Saduki datang kepadanya ia malah membentak mereka dengan mengatakan : Hai kamu ular-ular beludak!. Ini membuktikan bahwa Yohanes pembabtis lebih menyenangkan Tuhan dan tidak takut melukai hati siapapun demi Menyampaikan Firman Allah yang hidup. Dalam pelayanan kitapun, kebanyakan kita lebih ingin mendapatkan perkenanan manusia daripada Allah sendiri. Kita lebih mementingkan liturgi ibadah dibandingkan dengan bergerak menurut suara Roh Kudus. Dengan tidak mendengarkan suara Roh Kudus maka kita mendukakan Roh Kudus itu sendiri.
2. Kayafas lebih mementingkan jabatan dibanding pelayanan, sedangkan Yohanes pembabtis lebih mementingkan pelayanan. Kayafas ialah orang yang penuh pertimbangan dalam bertindak, bukan karena dia pertimbangkan dengan Roh Allah tetapi pertimbangannya berisi tentang dukungan jemaat Israel kepadanya. Dalam melayanipun dia hanya secara liturgi dan bukan karena Roh Tuhan yang menyuruhnya. Sedang Yohanes pembabtis dia tidak memiliki jabatan apapun tetapi dia menyenangkan hati Tuhan dengan pelayanannya. Bayangkan dia tidak tinggal di Bait Allah tapi dipadang gurun, dan dia hanya mengenakan pakaian dari kulit binatang dan bukan kain para imam dari lenan dan sutra beserta permata yang menghiasinya.
3. Kayafas hanya menerima anugerah yang umum dan bukan khusus sedang Yohanes menerima anugerah dalam pelayanannya. Firman Tuhan mengatakan bahwa matahari untuk semua orang, baik yang jahat maupun yang baik. Imam besar Kayafas dalam pelayanannya dia akan melewati Pelataran bait Allah dan disitu orang juga merasakan sinar matahari (sinar yang umum), ketika ia masuk dalam ruang kudus ia juga mengalami sinar yang umum yaitu dari nyala kaki dian (lilinpun juga sama), tapi waktu dia masuk ruang maha kudus ia tudak menikmati satu sinar yang harusnya ia nikmati yaitu sinar yang berada diatas tabut Allah tepat ditengah-tengah kedua kerub yaitu Shekinah Glory. Dan hidupnya tidak berubah! Sedangkan Yohanes pembabtis berada dipadang gurun dan dalam kesendiriannya ia menikmati hadirat Allah lebih dari yang ia peroleh di Bait Allah. Orang seperti inilah yang dicari Tuhan yaitu orang-orang yang mencari Tuhan secara pribadi dan mendengarkan perkataanNya. Dalam pelayanan kitapun mestinya kita punya hubungan pribadi dengan Tuhan, tanpa Roh Allah maka pelayanan kitapun merasa ‘garing’, mungkin secara fisik kita terlihat giat, rajin, sungguh-sungguh padahal didalam kita tidak merasakan apa-apa. Inilah yang banyak terjadi!
4. Kayafas melayani bukan karena pengorbanan tapi karena kemegahan sedang Yohanes pembabtis melayani karena pengorbanan. Imam besar Kayafas sangat bangga mengenakan kain lenan yang halus, sutra terbaik, dan permata yang indah bahkan dirumah peninggalan Kayafas terdapat ruangan yang sangat besar yaitu tempat menampung persembahan dari bangsa Israel yang beribadah kepada Tuhan, artinya hidupnya sangat mewah. Sedang Yohanes pembabtis hanya makan belalang dan madu hutan dan pakaiannya ialah kulit binatang, apa artinya? Jika kulit binatang dipakai baju maka binatang tersebut pasti berkorban agar kulitnya bisa
dipakai, ini sama dengan yang dialami oleh Adam dan Hawa ketika mereka jatuh dalam dosa, maka Tuhan mengambil (mengorbankan) kulit binatang dan menyematkannya kepada mereka. Dalam pelayanan kitapun, tanpa pengorbanan maka kita tidak akan berkenan dihadapan Tuhan. Pengorbanan pertama ialah melalui Darah Anak Domba dan yang kedua adalah hidup kita (melalui gesekan dalam pelayanan, dicaci, dimaki, dikritik, disalahkan, dll)
Keempat hal itulah yang menjadi perbedaan mengapa Roh Allah undur dari Kayafas dan berbicara kepada Yohanes pembabtis. Belajarlah untuk peka kepada suara Roh Kudus dalam kehidupan kita yaitu dengan bergaul karib dengan Tuhan sehingga kita dapat mencapai garis akhir.
CARA DIA BERBICARA
Banyak orang binggung bagaimana Tuhan Roh Kudus berbicara kepada saya? Bahkan ada beberapa orang yang meng-sakral-kan orang yang bisa mendengar suara Tuhan, padahal kita menyebut diri kita anak-anak Allah tapi masak kita tidak bisa mendengar Bapa kita bicara? Aneh kan? Sebetulnya Tuhan sering berbicara kepada kita hanya saja kita belum peka mengapa? Karena Dosa kita, kita tidak mau baca Firman Tuhan, dan kita mengikuti keinginan kita dibanding mengikuti maunya Tuhan. Ada beberapa cara Tuhan berbicara dengan kita diantaranya :
Mendengar melalui telinga/ secara fisik
Orang yang bisa mendengar suara Tuhan seperti ini biasanya orang yang memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan seperti Musa dan Abraham. Saking sudah terbiasanya mendengar suara Tuhan maka waktu Tuhan berbicara mereka mampu mendengarkannya dengan jelas ditelinga.
Melalui hati nurani/ lewat hati
Kita banyak gagal disini, mengapa? Karena suara Tuhan dan hati nurani snagat tipis bedanya. Suara Tuhan yang tidak di backing dengan firman maka itu hanya menjadi suara kedagingan kita. Makanya banyaklah membaca firman Tuhan agar kita bisa membedakan mana suara Tuhan dan mana suara hati kita sendiri.
Melalui Firman yang kita baca
Firman Tuhan dalam alkitab merupakan sebuah sarana efektif untuk kita bertemu dengan Tuhan, kita mendapatkan teguran, nasehat, dikuatkan dan dipersiapkan untuk mengahdapi hal-hal yang akan datang. Seringkali waktu saya membaca kisah atau cerita disebuah pasal, mungkin untuk saat itu tidak berguna tapi untuk kemudian hari pasti berguna, mengapa? Karena saya ngalami seperti yang ditulis dialkitab tersebut.
Melalui kotbah hamba Tuhan
Banyak anak Tuhan malas ke gereja dengan alasan monoton dan sebagainya, tapi sebenarnya dalam Tuhan tidak ada yang monoton tetapi respon yang lahir dari perasaan manusiawi kitalah yang menjadikan kita merasa monoton. Termasuk firman Tuhan, berkali-kali saya diteguhkan bahkan diberikan peneguhan dari yang Tuhan telah katakana kepada saya sebelumnya tentang suatu hal melalui hamba Tuhan dan kotbah-kotbah. Mungkin waktu kita melihat hamba Tuhan yang kotbah itu-tiu saja maka kedagingan kita akan berkata: Biasa. Padahal kalau kita punya Roh yang peka maka pasti ada pesan yang disampaikan untuk kita baik masalalu, sekarang atau yang akan kita alami.
Melalui Penyembahan
Mengapa orang menangis dalam penyembahan? Ada yang mengatakan karena tidak tahan akan kebaikan Tuhan, merasa tersentuh oleh lagunya, merasakan hadirat Tuhan, merasa tertegur oleh pujian yang dinaikkan, dll. Itulah semua cara Tuhan berbicara kepada kita melalui penyembahan dan masuk dalam hadiratNya.
Melalui orang lain
Hari-hari ini ketika saya bertemu dengan orang lain, saya benar-benar hati-hati apalagi juka saya sedang berada dalam persoalan, mengapa? Karena Tuhan mengajar bahwa Roh Kudus juga bisa berbicara melalui orang yang kita temui, mungkin orang yang berbicara dengan kita biasa saja tapi ketika kita mendengar, roh kita mulai merasakan sesuatu yang merupakan pesan Tuhan. Ketika saya bertemu dengan orang saya selalu berdoa dalam hati : Tuhan, apa ada pesan untuk saya lewat orang ini?
Melalui peristiwa/ kejadian
Kalau boleh dibilang, ini level akhir Tuhan berbicara dengan kita. Jika lewat kita sendiri kita tidak mendengar, maka ia akan pakai orang lain, jika dengan cara ini kita masih kurang peka maka Ia akan berbicara lewat kejadian atau
peristiwa. Sama seperti Yunus, ketika Tuhan menyuruh dia untuk menyampaikan pesan untuk Niniwe, dia menolak dan malah pergi ke Tarsis melalui perahu. Akhirnya Tuhan berbicara lewat orang didalam perahu yaitu mereka melakukan undian (mencari penyebab mengapa kapal mereka diterjang badai), dan Yunus ketahuan. Tetapi karena masih nekat maka Tuhan memberikan sebuah peristiwa yang tidak pernah ia lupakan yaitu dimakan ikan besar. Cara Tuhan bicara selalu seperti itu, jika pakai peristiwa kita tidak mendengar maka ‘tuhan’ yang lain yang akan berbicara kepada kita.
HATI HAMBA
Keluaran 33:2 “Aku akan mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu dan akan menghalau orang Kanaan, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Keluaran 33:12-16 “Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Memang Engkau berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa ini berangkat, tetapi Engkau tidak memberitahukan kepadaku, siapa yang akan Kauutus bersama-sama dengan aku. Namun demikian Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di hadapan-Ku. Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu." Lalu Ia berfirman: "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu." Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?"
Aneh sekali yang dilakukan oleh Musa, mengapa? Waktu itu Tuhan berkata bahwa malaikatNya akan diutus untuk menyertai Musa dan Israel menuju tanah perjanjian namun ternyata Musa menolaknya dengan berkata : Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Sebuah jawaban yang mengejutkan, bukankah dengan penyertaan malaikat yang maha indah dan keren pasti bangsa tersebut tampak lebih hebat dibanding bangsa lain? Apalagi jika dibandingkan dengan tiang awan dan api saja tanpa bentuk. Tapi inilah hati Musa yaitu hati sebagai hamba. Apakah hati hamba itu? Hati hamba berarti ia selalu ingin berada didekat tuannya, dia hanya ingin menyenangkan hati tuannya, dan dia ingin selalu melakukan tugas yang tuannya kerjakan. Inilah karakter Musa.
Biarlah kita juga memiliki hati yang lebih menginginkan DIA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar