Jumat, 21 Maret 2008

KASIH KARUNIA


Di Yayasan Mahanaim (Bekasi) mantan pemulung dan penodong diberi makan dan uang beberapa ribu rupiah per hari. Pada suatu hari seorang mantan penodong berkata kepada Iin Tjipto Wenas sebagai pembimbing rohaninya: "Bu, jika saya diberi uang sebanyak itu, tidak cukup. Dulu waktu masih jadi penodong biasanya saya mendapat Rp. 100.000,00 per hari. "Saya tidak dapat memberi kamu uang sejumlah itu," kata Iin. "Kalau begitu, saya minta ijin satu kali ini saja untuk menodong." "Coba saja, tetapi kamu bertanya dulu kepada Roh Kudus. Boleh tidak?" Dia lalu berdoa, dan katanya lagi kepada Iin, "Oleh Tuhan dibolehkan pergi." "Ya, pergilah," jawab Iin. Kemudian dia pergi ke tempat pertemuan gangnya. Temannya bertanya, "Sudah tiga bulan kamu tidak kelihatan, ke mana saja?" "Aku sudah bertobat tiga bulan ini, tetapi sekarang ini aku tidak kuat, ingin menodong lagi." Lalu temannya berkata, "Kamu ini sudah bertobat ingin kembali lagi, sedangkan aku ingin bertobat, tidak bisa. Sudah, jangan menodong lagi, ini aku beri kamu uang. Kamu butuh berapa? Kamu bertobat saja." Temannya ini dipakai Tuhan supaya dia tidak melakukan dosa lagi, karena sebelumnya dia sudah berdoa. Dengan hati terbuka kita perhatikan dengan seksama bahwa, cara Tuhan itu bukan cara kita. Yang dapat mengubah adalah Tuhan Yesus dengan pertolongan Roh Kudus. Itulah sebabnya, selalu berkomunikasi dengan Roh Kudus, menjadi pelajaran penting. Kita mungkin juga seperti penodong itu dalam hal dosa-dosa. Ini pengalaman Drg. Yusak Tjipto sendiri. Pada suatu hari dosa mata keranjangnya kambuh lagi dan ia berkata kepada Tuhan, "Tuhan, mata keranjang saya kambuh lagi." Lalu Tuhan berkata, "Aku tidak suka!" Ia berkata, "Yang tidak suka itu Engkau, tetapi aku suka. Jika kambuh begini, bagaimana? Tolong saya, Tuhan!" Tuhan tidak menjawab, dan ia anggap Tuhan setuju. Lalu ia berencana untuk datang ke rumah perempuan yang ditaksirnya itu, padahal Yusak Tjipto sudah beristri. Saat siap-siap untuk berangkat, ketika ia masih di dalam kamar, entah mengapa, seperti ada yang menariknya untuk menengok ke tembok. Dan di situ, ia melihat mata Tuhan. Yusak Tjipto terkejut lalu berkata kepada Tuhan, "Tuhan, kenapa mata-Mu ada di tembok?" Tuhan berkata, "Kamu diberitahu tidak taat, dicegah tidak bisa, jadi caranya Aku langsung lihat saja." Ia berkata, "Tuhan, aku akan berbuat dosa kenapa Engkau lihat?" Akibatnya ia tidak jadi berbuat dosa, karena mata Tuhan terus memandanginya.Itulah cara Tuhan. Belajarlah jujur di hadapan-Nya, bersikap apa adanya, maka Tuhan pasti akan menolong dan mengarahkan kita. Namun kita jangan menantang seperti kedua orang di atas. Tidak selalu Tuhan mencurahkan kasih karunia-Nya kepada setiap orang sehingga pada saat-saat akhir sebelum berbuat dosa kita ditolong-Nya. Kalau kita dibiarkan berbuat dosa karena kita tetap membandel, bagaimana? Rugi sendiri.

(Dari buku "Garis Akhir", ditulis oleh Drg. Yusak Tjipto, diedit seperlunya supaya enak dibaca)Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Tidak ada komentar: