Tahun 2006 yang lalu seorang Hamba Tuhan yang menjadi Gembala Rayon sebuah GBI di Medan bertekad membuka gereja-gereja baru lebih cepat lagi. Biasanya setiap 45 hari dibuka pos pelayanan baru, kemudian ia mengajak rekan-rekan pengerja di lingkungan gerejanya untuk membangun lebih cepat lagi, setiap bulan. Ketika sedang sibuk-sibuknya membangun Kerajaan Allah seperti itu, rupanya ada pihak-pihak yang tidak senang kepadanya. Ia difitnah menggelapkan keuangan gereja. Perkaranya sampai ditangani kepolisian. Berkali-kali ia dimintai keterangan oleh polisi. Sementara kasusnya belum jelas, ia terang-terangan diekspos di koran-koran dan di radio-radio sekitar Medan. Terjadi pembunuhan karakter terhadapnya. Namanya jelas-jelas disebutkan dalam pemberitaan negatif itu, bukan hanya inisial nama saja. Banyak anggota jemaat dari kalangan TNI dan organisasi kepemudaan yang menyarankan agar ia bertindak. "Biar pak, kami saja yang menangani para preman yang mau memeras bapak!""Ah, tidak usah!"Ia tetap diam, karena Tuhan sudah memerintahkan agar ia tutup mulut saja. Untuk sementara ia tidak dijadwalkan melayani pemberitaan Firman Tuhan pada waktu itu. Kenapa orang yang giat melayani di ladang Tuhan di-grounded begitu gara-gara sebuah fitnahan? Setelah awal tahun 2007 ternyata kasusnya tidak terbukti. Itu hanya fitnah belaka. Di sinilah letak keadilan Tuhan. Apabila kita lulus ujian, ada hadiah yang menanti kita. Sebagai hadiahnya, GBI yang dilayaninya mendapat izin untuk membuka siaran radio swasta, padahal izin radio swasta itu sulitnya minta ampun. Sebagai hadiahnya, GBI di Medan itu akan melayani di sebuah siaran TV swasta di Sumatera Utara dalam waktu dekat ini. Sebagai hadiahnya, ia yang selama 14 tahun lebih ini hanya mengontrak rumah, mendapat kado sebuah rumah. Tadinya ia hanya berharap rumah kecil dengan sebuah kebun atau taman di dalamnya, namun yang diberikan Tuhan adalah sebuah rumah besar dengan 9 kamar, ditambah taman yang luas. Ketika difitnah dan ia diam saja, tetap mengandalkan Roh Kudus sebagai pembelanya, ia lulus dari pembentukan Tuhan, naik ke dimensi pelayanan yang lebih tinggi lagi.Setelah ia merenungkan kembali perkara itu, ia melihat bahwa Tuhan mengizinkan ia bebas tugas pelayanan selama hampir setahun, karena itu tahun Sabat bagi pelayanannya setelah tiga belas tahun melayani (2 x 7 tahun). Tuhan tahu bahwa hamba-Nya perlu masa Sabat. Meskipun cara Sabatnya tidak seperti yang sering kita bayangkan, Tuhan memberikan tahun Sabat bagi kita, untuk berhenti, merenung, "mengasah pisau gergaji", menggali keintiman yang lebih dalam lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar