Sampai dengan saat ini Program MANJA (Makanan untuk anak jalanan) sudah berlangsung dua kali, yaitu April dan Mei. Saya pribadi sangat bersyukur pada Tuhan karena saya diberi kesempatan untuk terlibat langsung ke jalan. Saya juga salut buat sahabat saya, Hendri, yang dipakai Tuhan untuk mewujudkan salah satu kerinduan saya. Sebetulnya sudah cukup lama hasrat itu terpendam dalam hati. Dalam doa-doa saya, sering saya melihat saya berada di jalan untuk membagi makanan bagi orang yang kurang mampu. Namun puji Tuhan, momentum itu akhirnya datang juga. Tanpa terlalu pikir panjang, saya langsung menyambut dengan baik program itu.. Karena pekerjaan saya yang mobile, saya sering menemui orang2 yang hidup di jalanan. Waktu panas terik, kepanasan, waktu hujan basah kehujanan. Jujur, hati saya tergerak. Banyak sekali image negative yang lekat dalam mereka, seperti: pemalas (tidak mau kerja, maunya minta2), nanti mereka jadi tambah manja, sindikat pengemis, atau menyewakan anak2, belum lagi uang yang mereka peroleh habis dibuat foya2 seperti minum, judi, dll. Terlepas dari itu semua, saya yakin TUHAN mengasihi mereka. Dan sudah menjadi kewajiban saya juga untuk mengasihi mereka. Pasti bukan piliha mereka untuk hidup di jalan. Saya pikir, saya tidak bisa kotbah, untuk memberitakan tentang Yesus secara verbal langsung juga perlu hikmat, tidak asal seruduk. Salah satu yang mudah untuk menyatakan kasihNya ya lewat berbagi makanan dengan mereka. Saya melihat berbagai macam ekspresi, ada yang tersenyum sambil berterimakasih, ada yang langsung “menyerbu” setengah berebut. Sungguh saya bisa merasakan betapa sebungkus nasi senilai Rp 4000 bisa begitu bernilai buat mereka. Di satu sisi, saya semakin bersyukur karena Tuhan sudah begitu mencukupkan hidup saya. Memang dengan program “Manja” tidak serta merta bisa mengentas hidup mereka, tapi setidaknya itu perbuatan yang bisa kita lakukan secara konkret untuk menyatakan kasih Yesus. Saya punya keyakinan kalau proyek ‘Manja’ adalah proyek awal dari proyek-proyek selanjutnya yang lebih besar!
Mungkin sering kita berdoa setiap kali sebelum makan seperti:”Tuhan, berkatilah mereka yang belum bisa makan dengan layak, agar mereka juga dicukupkan sehingga bisa makan dengan layak.” Atau “ Tuhan kami berdoa buat janda2, buat yatim piatu, berkatilah mereka kiranya Tuhan.” Iman tanpa perbuatan adalah mati. Apakah kita anak2 Tuhan cuma pandai beretorika dan berkata2 tanpa pernah bertindak secara nyata? Apakah kita masih bersembunyi di balik statemen: “Pemberian kita justru mematikan semangat hidup mereka”? Padahal sebetulnya kita tidak peduli dengan mereka. *HERU TJANDRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar